Rabu, 30 November 2011

FORMULA PERNIKAHAN

“Pernikahan adalah suatu Pengabdian total”
Bukan hanya sebagian tetapi semuanya dan bukan untuk waktu yang pendek melainkan selama hidup itu masih diberikan Tuhan.

• Pengabdian untuk mengasihi
Seringkali oleh karena berbagai macam peristiwa yang terjadi perasaan dan emosi untuk mengasihi itu lenyap, pada saat itulah kita harus tetap mengasihi bukan dengan emosi atau perasaan lagi melainkan dengan kehendak, sampai emosi dan perasaan kasih itu kembali. Begitulah kita belajar untuk setia.

• Pengabdian untuk bebas dari masa lalu
Berbuat kesalahan, beda pendapat, salah paham dan perselisihan adalah bagian dari kehidupan pernikahan, setiap kali hal itu terjadi kita harus dapat menyelesaikannya dan kemudian tidak mengingatnya lagi. Banyak pernikahan hancur oleh karena kenangan pahit masa lalu yang tersimpan dan menjadi sakit hati.

• Pengabdian untuk berubah
Diri kita belum sempurna, begitu juga pasangan kita. Jika kita melakukan kesalahan dan kemudian menyadarinya, maka kerelaaan kita untuk berubah adalah bentuk nyata kasih kita kepada pasangan kita. Ingin menang sendiri adalah bentuk dari kesombongan dan awal dari sebuah kehancuran.

• Pengabdian untuk mengerti dirimu sendiri
Mengerti orang lain adalah perkara yang sulit, namun lebih sulit lagi untuk mengerti diri sendiri. Masuk dalam pernikahan akan membuat kita sadar bahwa ada banyak hal yang belum kita mengerti dari diri kita sendiri. Pasangan kita akan membantu kita untuk mengerti diri kita sendiri.

• Pengabdian untuk mendengar
Seringkali kita berbicara lebih banyak daripada mendengar pasangan kita, terlebih didalam permasalahan keluarga. Itulah sebabnya kita kurang mengenali pasangan hidup kita dan tidak dapat bersatu hati didalam menghadapi tantangan hidup.

• Pengabdian untuk berkomunikasi
Setiap permasalahan yang terjadi adalah persoalan bersama dan harus dihadapi bersama. Tidak dapat kita katakan bahwa itu adalah persoalan pasangan kita atau bukan persoalan pasangan kita, itulah sebabnya komunikasi yang baik adalaha kunci keharmonisan dalam sebuah pernikahan.

• Pengabdian untuk mengambil keputusan bijaksana
Banyak kali suatu keputusan yang diambil dalam keadaan emosi justru berakibat menghancurkan, oleh sebab itu didalam menghadapi berbagai macam persoalan keluarga kita harus mengambil keputusan bijaksana dengan hati yang dingin dan dengan bantuan pasangan hidup kita.

• Pengabdian untuk menyelesaikan konflik
Didalam kehidupan suami istri sesekali terjadi konflik, di sinilah kita harus belajar untuk menyelesaikan konflik yang ada secara tuntas dan ini membutuhkan niatan yang baik dari kedua belah pihak. Konflik yang tidak terselesaikan dengan tuntas akan membuat banyak masalah dikemudian hari.

• Pengabdian untuk menguasai kemarahan
Janganlah kita hancur oleh karena kemarahan, apapun yang terjadi kita harus menguasai dan mengendalikan kemarahan. Baiknya kita memberi batasan kepada kemarahan kita yaitu sampai matahari terbenam, artinya tidak memberi kesempatan untuk marah dalam jangka waktu yang lama. Seseorang yang tidak bisa marah adalah orang yang bodoh, tetapi seorang yang tidak mau marah adalah orang yang bijaksana.

• Pengabdian untuk mengampuni dan berdoa bersama
Pengampunan adalah prinsip hidup yang harus diutamakan, makin banyak waktu yang kita berikan untuk bergaul dengan seseorang makin besarlah kemungkinan terjadi nya perselisihan. Demikian juga dalam pernikahan, saling mengampuni dan berdoa adalah kunci hidup pernikahan yang langgeng.

• Pengabdian untuk bersekutu dengan Tuhan
Akan berjalankah dua orang bersama-sama jika mereka belum bersehati? Bersekutu bersama adalah kunci kebersamaan dan kesehatian. Persekutuan yang dapat bertahan lama untuk jangka waktu yang tidak ada batasnya adalah ketika kita melibatkan Tuhan dalam kehidupan pernikahan kita sehari-harinya.

• Pengabdian untuk mengevaluasi pengharapan-pengharapan
Setelah pernikahan, seringkali kenyataan yang ada tidak sesuai dengan pengharapan atau impian-impian kita. Untuk tidak menyesali segala sesuatu yang terjadi dibutuhkan kedewasaan sikap untuk dapat mengevaluasi pengharapan-pengharapan yang pernah dibuat dan untuk diperbaiki bersama.

• Pengabdian untuk mengembangkan sasaran
Sejalan dengan hidup dalam pernikahan, kita seringkali mengalami dan menghadapi perubahan dari segala sesuatu yang ada di sekitar kita, oleh sebab itu kita perlu untuk mengembangkan secara hidup kita bersama seturut dengan perubahan jaman.

• Pengabdian untuk melayani
Melalui pernikahan kita belajar untuk hidup bagi orang lain, bukan lagi bagi diri kita pribadi dan ini bukanlah suatu hal yang mudah, oleh sebab itu kita perlu untuk membuat suatu pengabdian untuk saling melayani. Kasih adalah solusi yang akan menolong dan memberi kemampuan kepada kita untuk mengerti kebutuhan orang yang kita cintai.

• Pengabdian untuk membina hubungan baik dengan keluarga
Membina hubungan baik tidak hanya perlu dengan pasangan kita saja namun juga dengan keluarga pasangan kita sebab dari merekalah pasangan hidup kita dan dengan berbuat begitu kita menyatakan kasih kita sebagai ucapan syukur kita kepada Tuhan yang telah memberikan kepada kita pasangan hidup.

• Pengabdian bersama untuk melayani Tuhan
Inilah tujuan hidup yang sebenarnya di dalam pernikahan adalah agar kita dapat bersama-sama melayani Tuhan, saling tolong menolong, saling menopang dan bekerja sama menyelesaikan tugas dan tanggung jawab yang Tuhan berikan kepada masing-masing kita selama hidup masih diberikan Tuhan kepada kita selama ada di dunia ini.

HARUSKAH MENCINTAIMU?

Saudaraku,
Saat-saat ini aku masih berpikir dan menimbang-nimbang, apakah aku harus mencintaimu setulus hatiku? Apa pentingnya mencintaimu? Toh sudah banyak yang memperhatikan dan melayanimu!! Siapakah aku ini sehingga aku tergerak untuk memperhatikanmu juga? Namun, apa yang bisa kuandalkan dalam diriku untuk mencintaimu? Aku tidak memiliki apapun untuk diberikan padamu! Bagaimana aku bisa mencintaimu tapi aku tidak memberi apapun padamu?

Sahabatku,
Sebelum kujawab pertanyaanmu, aku ingin memanggilmu bukan Saudaraku tapi Sahabatku. Aku ingin mengatakan padamu, "Mengapa engkau masih berpikiran, bahwa cinta itu harus memberi apa yang dimilikinya? " Cinta itu bukanlah memberi apa yang engkau miliki secara fisik saja! Cobalah perhatikan, janin dalam kandungan ibunya, anak-anak kecil, sampai remaja, yang masih tergantung kebutuhan hidup pada orang tuanya, bahkan anak anak cacat pun mampu mencintai orang tua dan saudara-saudaranya. Seorang anak dalam rahim ibu mencintai dengan kondisinya yang terbatas, ia mempercayakan pertumbuhan dan berkembangnya tubuh pada keputusan dan tindakan ibu dan ayahnya. Anak itu tidak memiliki "daya untuk membela diri": dia pasrah untuk dirawat dan dibesarkan orang tuanya. Anak yang cacat dan memiliki kebutuhan "khusus" selalu menawarkan kesempatan untuk diperhatikan, disayang, dilayani dan diistimewakan. Hidupnya yang terbatas menciptakan "kesempatan terindah dalam sejarahnya", yakni kesempatan bagi orang lain untuk terlibat dalam kesulitan hidupnya. Tanpa disadari, mereka pun mendewasakan orang yang normal fisik dan jiwanya...untuk tumbuh dan berkembang sebagai pribadi yang mampu mencintai.

Saudaraku,
Setelah mendengarkan penjelasanmu, rasanya "dalam kesempatan" itu tersembunyi "kehendak bebas". Anak-anak yang kecil, remaja, bahkan mereka yang cacat selalu menawarkan kesempatan untuk diperhatikan dan dilayani. "Kesempatan" itu sebuah "ruang" yang membuat orang mampu untuk ambil keputusan. Masalahnya bagaimanakah kita menemukan "kesempatan- kesempatan" itu kalau kita masih takut mengalami kesepian, takut ditinggalkan, masih kuatir dengan masa depan, takut tidak ada sahabat yang menyapa lagi, takut masalah tidak selesai, kuatir tidak lagi punya rejeki dst. Dalam kekuatiran dan bahkan ketakutan, menghambat kita untuk melihat "dunia di luar sekitar kita". Ada banyak orang: anak anak, remaja, orang kecil, orang lemah, orang putus asa, orang lapar, orang tahanan, ...mereka jelaslah menawarkan "kesempatan untuk dilayani". Kesempatan itu akan kita kenal, kalau kita mulai belajar percaya, bahwa hidup ini milik Tuhan. Hidup anak-anak dalam kandungan ibunya, anak balita, remaja, dan anak anak cacat, adalah milik Tuhan. Merekapun secara pribadi , sungguh istimewa dalam hidup Tuhan. Mereka juga adalah citra Allah, tanda kehadiran Tuhan.

Sahabatku,
Kata-katamu meneguhkan aku! Justru karena manusia itu citra Allah, milik Tuhan, dan hidup kita semua milik-Nya, itulah yang menantang dan menggerakkan kehendak bebas kita untuk saling mengasihi, bukan untuk saling menindas.

Saudaraku,
Tanpa disadari, pertanyaanku akhirnya terjawab ya!
Tidak ada keharusan untuk mencintai, tetapi yang ada adalah pilihan untuk "ambil keputusan mencintai dengan kehendak yang sungguh sungguh bebas, bukan terpaksa mencintai".

APA ITU CINTA


Sesuatu yang selalu hadir dalam perasaan yang kita sendiri tidak memahami arti dan dari mana rasa itu berasal. Kita hanya mengikuti kemana arah datang dan perginya tanpa kita sadari kita telah terjebak dalam perasaan itu sendiri, itulah cinta, semua serba tidak terlihat tapi dapat kita rasakan.

Perlu kita ketahui ada hal-hal yang tidak ingin kita lepaskan yaitu orang-orang yang tidak ingin kita tinggalkan.
Tapi ingatlah, melepaskan bukan akhir dari dunia, melainkan awal suatu kehidupan baru. Kebahagiaan ada untuk mereka yang menangis, mereka yang tersakiti, mereka yang telah mencari dan mereka yang telah mencoba. Karena merekalah yang bisa menghargai betapa pentingnya orang yang telah menyentuh kehidupan mereka.

CINTA YANG AGUNG :

Adalah ketika kamu menitikkan air mata dan masih peduli terhadapnya, adalah ketika dia tidak mempedulikanmu dan kamu masih menunggunya dengan setia,
adalah ketika dia mulai mencintai orang lain dan kamu masih bisa tersenyum sembari berkata ‘Aku turut berbahagia untukmu’.

Apabila cinta tidak berhasil bebaskan dirimu biarkan hatimu kembali melebarkan sayapnya dan terbang ke alam bebas lagi. Ingatlah … bahwa kamu mungkin menemukan cinta dan kehilangannya, tapi ketika cinta itu mati, kamu tidak perlu mati bersamanya.

Orang terkuat BUKAN mereka yang selalu menang, melainkan mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh. Entah bagaimana dalam perjalanan kehidupan, kamu belajar tentang dirimu sendiri dan menyadari bahwa penyesalan tidak seharusnya ada hanyalah penghargaan abadi atas pilihan-pilihanan kehidupan yang telah kau buat.

MENCINTAI :

Bukanlah bagaimana kamu melupakan, melainkan bagaimana kamu memaafkan, bukanlah bagaimana kamu mendengarkan, melainkan bagaimana kamu mengerti, bukanlah apa yang kamu lihat, melainkan apa yang kamu rasakan, bukanlah bagaimana kamu melepaskan, melainkan bagaimana kamu bertahan.

Lebih berbahaya mencucurkan air mata dalam hati, dibandingkan menangis tersedu-sedu. Air mata yang keluar dapat dihapus, sementara air mata yang tersembunyi menggoreskan luka yang tidak akan pernah hilang.

Dalam urusan cinta, kita sangat jarang menang. Tapi ketika cinta itu tulus, meskipun kalah, kamu tetap menang hanya karena kamu berbahagia dapat mencintai seseorang lebih dari kamu mencintai dirimu sendiri.
Akan tiba saatnya dimana kamu harus berhenti mencintai seseorang bukan karena orang itu berhenti mencintai kita, melainkan karena kita menyadari bahwa orang itu akan lebih berbahagia apabila kita melepaskannya.
Apabila kamu benar-benar mencintai seseorang, jangan lepaskan dia, jangan percaya bahwa melepaskan selalu berarti kamu benar-benar mencintai.
melainkan berjuanglah demi cintamu.


ITULAH CINTA SEJATI :

Lebih baik menunggu orang yang kamu inginkan daripada berjalan bersama orang ‘yang tersedia’. Kadang kala, orang yang kamu cintai adalah orang yang paling menyakiti hatimu dan kadang kala, teman yang menangis bersamamu adalah cinta yang tidak kamu sadari.

Sabtu, 12 November 2011

PERKEMBANGAN MASA DEWASA

Dalam studi psikologi perkembangan kontemporer atau perkembangan rentang hidup, wilayah pembahasannya tidak terbatas pada perubahan perkembangan selama masa anak-anak dan remaja saja, tetapi juga masa dewasa, tua, hingga meninggal dunia. Hal ini dikarenakan perkembangan manusia tidak akan berakhir, tetapi terus berkesinambungan. Perubahan-perubahan badaniah yang terjadi sepanjang hidup, memengaruhi sikap, proses kognitif, dan perilaku individu. Hal ini berarti bahwa permasalahan yang harus diatasi juga mengalami perubahan dari waktu ke waktu sepanjang rentang kehidupan.

Seperti halnya dengan remaja, untuk merumuskan sebuah definisi tentang kedewasaan tidaklah mudah. Apalagi di setiap kebudayaan yang ada, masing-masing memiliki ketentuan sendiri untuk menetapkan kapan seseorang mencapai status dewasa secara formal. Pada sebagian besar kebudayaan kuno, status ini tercapai jika pertumbuhan pubertas telah selesai atau setidak-tidaknya sudah mendekati selesai, atau jika organ kelamin anak telah mencapai kematangan serta mampu berproduksi. Di Indonesia sendiri, seseorang dianggap mencapai status dewasa jika sudah menikah, meskipun usianya belum mencapai 21 tahun.

Terlepas dari perbedaan dalam penentuan waktu dimulainya status kedewasaan tersebut, pada umumnya psikolog menetapkan usia 20-an sebagai awal masa dewasa dan berlangsung sampai sekitar usia 40-45, dan pertengahan masa dewasa berlangsung dari usia 40-45 hingga usia 65-an, serta masa dewasa lanjut/masa tua berlangsung dari usia 65-an sampai meninggal, demikian pandangan dari Robert S. Feldman, penulis buku "Understanding Psychology".

Berikut ini diuraikan beberapa aspek perkembangan yang terjadi selama masa dewasa dan usia tua, yang meliputi perkembangan fisik, kognitif, dan psikososial.

Perkembangan Fisik :

Dilihat dari aspek perkembangan fisik, pada awal masa dewasa kemampuan fisik mencapai puncaknya, dan sekaligus mengalami masa penurunan. Adapun beberapa gejala penting dari perkembangan fisik yang terjadi selama masa dewasa, antara lain kesehatan badan, sensor dan perseptual, serta otak.

1. Kesehatan badan.
Bagi kebanyakan orang, awal masa dewasa ditandai dengan memuncaknya kemampuan dan kesehatan fisik. Mulai dari usia sekitar 18-25 tahun, individu memiliki kekuatan yang terbesar, gerak-gerak refleks mereka sangat cepat. Demikian juga dengan kemampuan reproduksi mereka. Meskipun pada masa ini kondisi kesehatan fisik mencapai puncak, namun selama periode ini mereka juga mengalami penurunan keadaan fisik. Sejak usia 25 tahun, perubahan-perubahan fisik mulai terlihat. Perubahan-perubahan ini sebagian besar bersifat kuantitatif daripada kualitatif. Secara berangsur-angsur, kekuatan fisik mengalami kemunduran, sehingga lebih mudah terserang penyakit.

Bagi wanita, perubahan biologis yang utama terjadi selama masa pertengahan dewasa adalah perubahan dalam hal kemampuan reproduksi, menopause, dan hilangnya kesuburan. Bagi laki-laki, proses penuaan selama masa pertengahan dewasa tidak begitu kentara, karena tidak ada tanda-tanda fisiologis dari peningkatan usia seperti berhentinya haid pada perempuan.

2. Perkembangan sensori.
Pada awal masa dewasa, penurunan fungsi penglihatan dan pendengaran mungkin belum begitu kentara. Pada masa dewasa akhir barulah terlihat adanya perubahan-perubahan sensori fisik dari panca inderanya.

3. Perkembangan otak.
Mulai masa dewasa awal, sel-sel otak juga berangsur-angsur berkurang. Akan tetapi, perkembangbiakan koneksi neural, khususnya bagi orang-orang yang tetap aktif, membantu mengganti sel-sel yang hilang.

Perkembangan Kognitif :

Pertanyaan yang paling banyak menimbulkan kontroversi dalam studi tentang perkembangan rentang hidup manusia adalah apakah kemampuan kognitif orang dewasa paralel dengan penurunan kemampuan fisik. Pada umumnya, orang percaya bahwa proses kognitif -- belajar, memori, dan inteligensi -- mengalami kemerosotan bersamaan dengan terus berkembangnya usia. Bahkan, ada yang menyimpulkan bahwa usia terkait dengan penurunan proses kognitif ini juga tercermin dalam masyarakat ilmiah. Akan tetapi, belakangan ini sejumlah hasil penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan tentang terjadinya kemerosotan proses kognitif bersamaan dengan penurunan kemampuan fisik, sebenarnya hanyalah salah satu stereotip budaya yang meresap dalam diri kita.

1. Perkembangan pemikiran postformal.
Sejumlah ahli perkembangan percaya bahwa pada masa dewasa, individu-individu menata pemikiran operasional mereka. Mereka mungkin merencanakan dan membuat hipotesis tentang masalah-masalah seperti remaja, tetapi mereka menjadi sistematis ketika mendekati masalah sebagai orang dewasa. D.P. Keating, penulis buku "Adolescent Thinking", mengatakan bahwa ketika orang dewasa lebih mampu menyusun hipotesis daripada remaja dan menurunkan suatu pemecahan masalah dari suatu permasalahan, banyak orang dewasa yang tidak menggunakan pemikiran operasional formal sama sekali. Sementara itu, Gisela Labouvie-Vief (dalam buku "Understanding Human Behavior", karya McConnell dan Philipchalk), menyatakan bahwa pemikiran dewasa muda menunjukkan suatu perubahan yang signifikan. Pemikiran orang dewasa muda menjadi lebih konkret dan pragmatis.

Secara umum, orang dewasa lebih maju dalam penggunaan intelektualitas. Pada masa dewasa awal misalnya, orang biasanya berubah dari mencari pengetahuan menjadi menerapkan pengetahuan, yakni menerapkan apa yang diketahuinya untuk mencapai jenjang karier dan membentuk keluarga. Akan tetapi, tidak semua perubahan kognitif pada masa dewasa mengarah pada peningkatan potensi. Bahkan, kadang-kadang beberapa kemampuan kognitif mengalami kemerosotan seiring dengan pertambahan usia. Meskipun demikian, sejumlah ahli percaya bahwa kemunduran keterampilan kognitif yang terjadi, terutama pada masa dewasa akhir, dapat ditingkatkan kembali melalui serangkaian pelatihan.

2. Perkembangan memori.
Salah satu karakteristik yang paling sering dihubungkan dengan orang dewasa dan usia tua adalah penurunan dalam daya ingat. Namun, sejumlah bukti menunjukkan bahwa perubahan memori bukanlah sesuatu yang pasti terjadi sebagai bagian dari proses penuaan, melainkan lebih merupakan stereotip budaya.

3. Perkembangan inteligensi.
Suatu mitos yang bertahan hingga sekarang adalah bahwa menjadi tua berarti mengalami kemunduran intelektual. Mitos ini diperkuat oleh sejumlah peneliti awal yang berpendapat bahwa seiring dengan proses penuaan selama masa dewasa, terjadi kemunduran dalam inteligensi umum. Hampir semua studi menunjukkan bahwa setelah mencapai puncaknya pada usia 18 dan 25 tahun, kebanyakan kemampuan manusia terus-menerus mengalami kemunduran. Witherington dalam bukunya, "Educational Psychology", menyebutkan 3 faktor penyebab terjadinya kemunduran kemampuan belajar dewasa.
  • Ketiadaan kapasitas dasar. Orang dewasa tidak akan memiliki kemampuan belajar bila pada usia mudanya juga tidak memiliki kemampuan belajar yang memadai.
  • Terlampau lamanya tidak melakukan aktivitas-aktivitas yang bersifat intelektual. Orang-orang yang sudah berhenti membaca bacaan-bacaan yang "berat" dan berhenti melakukan pekerjaan intelektual, akan terlihat bodoh dan tidak mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan semacam itu.
  • Faktor budaya. Faktor yang dimaksud terutama dengan cara-cara seseorang memberikan sambutan, seperti kebiasaan, cita-cita, sikap, dan prasangka-prasangka yang telah mengakar, sehingga setiap usaha untuk mempelajari cara sambutan yang baru akan mendapat tantangan yang kuat.

Perkembangan Psikososial :

Selama masa dewasa, dunia sosial dan personal dari individu menjadi lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Pada masa dewasa, individu memasuki peran kehidupan yang lebih luas. Pola dan tingkah laku sosial orang dewasa berbeda dalam beberapa hal dari orang yang lebih muda. Perbedaan-perbedaan tersebut tidak disebabkan oleh peristiwa-peristiwa kehidupan yang dihubungkan dengan keluarga dan pekerjaan. Selama periode ini, orang melibatkan diri secara khusus dalam karier, pernikahan, dan hidup berkeluarga. Menurut E.H. Erikson, penulis buku "Identity: Youth and Crisis", perkembangan psikososial selama masa dewasa ditandai dengan tiga gejala penting, yaitu keintiman, generatif, dan integritas.

1. Perkembangan keintiman.

Keintiman dapat diartikan sebagai suatu kemampuan memerhatikan orang lain dan membagi pengalaman dengan mereka. Menurut Erikson, pembentukan hubungan intim ini merupakan tantangan utama yang dihadapi oleh orang yang memasuki masa dewasa. Pada masa dewasa awal, orang-orang sudah siap dan ingin menyatukan identitasnya dengan orang lain. Mereka mendambakan hubungan yang intim/akrab, dilandasi rasa persaudaraan, serta siap mengembangkan daya-daya yang dibutuhkan untuk memenuhi komitmen-komitmen ini, sekalipun mereka mungkin harus berkorban.

2. Nilai-nilai cinta.
Selama tahap perkembangan keintiman ini, nilai-nilai cinta muncul. John W Santrock, penulis buku "Child Development", mengklasifikasikan cinta menjadi 4: altruisme, persahabatan, cinta yang romantis/bergairah, dan cinta yang penuh perasaan/persahabatan. Perasaan cinta pada masa ini lebih dari sekadar gairah/romantisme, melainkan suatu afeksi -- cinta yang penuh perasaan dan kasih sayang. Cinta pada orang dewasa diungkapkan dalam bentuk kepedulian terhadap orang lain. Orang-orang dewasa awal lebih mampu melibatkan diri dalam hubungan bersama -- hubungan saling berbagi hidup dengan orang lain yang intim.

3. Pernikahan dan keluarga.
Dalam pandangan Erikson, keintiman biasanya menuntut perkembangan seksual yang mengarah pada perkembangan hubungan seksual dengan lawan jenis yang ia cintai, yang dipandang sebagai teman berbagi suka dan duka. Ini berarti bahwa hubungan intim yang terbentuk akan mendorong orang dewasa awal untuk mengembangkan genitalitas seksual yang sesungguhnya dalam hubungan timbal balik dengan mitra yang dicintai. Kehidupan seks dalam tahap-tahap perkembangan sebelumnya terbatas pada penemuan identitas seksual dan perjuangan menjalin hubungan-hubungan akrab yang bersifat sementara. Agar memiliki arti sosial yang menetap, maka organ genitalia membutuhkan seseorang yang dicintai dan dapat diajak melakukan hubungan seksual, serta dapat berbagi rasa dalam suatu hubungan kepercayaan. Di hampir setiap masyarakat, hubungan seksual dan keintiman pada masa dewasa awal ini diperoleh melalui lembaga pernikahan.

4. Perkembangan generativitas.

Generativitas adalah tahap perkembangan psikososial yang dialami individu selama pertengahan masa dewasa. Ciri utama tahap generativitas adalah perhatian terhadap apa yang dihasilkan dan pembentukan, serta penetapan garis-garis pedoman untuk generasi mendatang. Transmisi nilai-nilai sosial ini diperlukan untuk memperkaya aspek psikoseksual dan aspek psikososial kepribadian. Apabila generativitas lemah atau tidak diungkapkan, maka kepribadian akan mundur, mengalami pemiskinan, dan stagnasi.

5. Perkembangan integritas.

Integritas merupakan tahap perkembangan psikososial Erikson yang terakhir. Integritas paling tepat dilukiskan sebagai suatu keadaan yang dicapai seseorang setelah memelihara benda-benda, orang-orang, produk-produk, dan ide-ide, kemudian menyesuaikan diri dengan berbagai keberhasilan dan kegagalan dalam kehidupannya. Tahap ini dimulai kira-kira pada usia 65 tahun.

Demikianlah hal-hal yang terjadi pada masa dewasa. Setelah masa dewasa berakhir, manusia akan mengalami masa tua. Untuk memiliki hidup yang bermakna pada masa tua, kita sebaiknya menggunakan masa muda kita untuk melakukan hal-hal positif sesuai kebenaran firman Tuhan.

Diringkas dari:
Judul buku: Psikologi Perkembangan
Judul bab: Perkembangan Masa Dewasa dan Tua
Penulis: Desmita
Penerbit: PT Remaja Rosdakarya, Bandung 2005
Halaman: 233 -- 253

MENERIMA NASIHAT

Kitab Amsal menekankan pentingnya mendengarkan nasihat dalam keputusan-keputusan penting. Kitab Amsal disusun sebagai kitab nasihat dari orang tua atau orang berhikmat kepada anaknya, baik laki-laki maupun perempuan, atau orang muda lainnya (Amsal 1:8, 10; 2:1; 3:1; dll.). Perlunya mencari dan mendengarkan pertimbangan atau nasihat yang bijak dalam beberapa cara merupakan satu-satunya pesan dalam kitab itu. Sebaliknya, mengabaikan nasihat orang berhikmat adalah hal yang sangat berdosa (Amsal 1:22-27).

Orang yang mencari nasihat dikontraskan dengan mereka yang menolak nasihat. "Jalan orang bodoh lurus dalam anggapannya sendiri, tetapi siapa mendengarkan nasihat, ia bijak." (Amsal 12:15) "Keangkuhan hanya menimbulkan pertengkaran, tetapi mereka yang mendengarkan nasihat mempunyai hikmat." (Amsal 13:10)

Kitab Amsal secara konsisten menghargai upaya pencarian nasihat dalam membuat keputusan. "Rancangan gagal kalau tidak ada pertimbangan, tetapi terlaksana kalau penasihat banyak." (Amsal 15:22) "Jikalau tidak ada pimpinan, jatuhlah bangsa, tetapi jikalau penasihat banyak, keselamatan ada." (Amsal 11:14) "Rancangan terlaksana oleh pertimbangan, sebab itu berperanglah dengan siasat." (Amsal 20:18) "Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau menjadi bijak di masa depan." (Amsal 19:20)

Tradisi mencari pertimbangan, berlanjut dalam gereja Perjanjian Baru ketika Paulus mengangkat penatua-penatua di setiap kota. Tidak ada orang yang cukup dengan dirinya sendiri. Setiap orang memerlukan orang lain yang dapat berada di sisinya untuk menghibur, menegur, menguatkan, atau menasihati. Kedua belas rasul saling menundukkan diri satu sama lain dalam semua keputusan penting. Kita juga diberi teladan Paulus ketika ia pergi ke Yerusalem untuk meneguhkan Injil yang diberitakannya, walaupun ia sudah diajar secara langsung oleh Allah (Galatia 2:1-10). Ketika terjadi suatu perselisihan, para rasul dan penatua berkumpul di Yerusalem, dan merundingkannya sesuai dengan firman Allah (Kisah Para Rasul 15:1-21). Paulus mengimbau para wanita yang lebih tua untuk mengajar para wanita yang lebih muda (Titus 2:3). Petrus memberi tahu para pria yang lebih muda agar mendengarkan dan menghormati pria-pria yang lebih tua (1 Petrus 5:5).

Menolak mencari nasihat merupakan wabah dalam kebudayaan kita, khususnya di kalangan kaum pria. Padahal, jika kita menolak mengakui bahwa kita tersesat saat hal itu jelas terjadi, bagaimana mungkin kita akan belajar mengakui saat kita benar-benar membutuhkan pertolongan, dalam keputusan yang memengaruhi banyak orang lain secara mendalam?!

Syukur kepada Allah bahwa kita memiliki satu Guru, yaitu Roh Kudus, Sang Pengilham Agung, yang di bawah kepemimpinan Kristus memuridkan kita dalam hikmat yang berasal dari atas. Ia lebih daripada sekadar pasangan bagi kebodohan kecongkakan kita, pada saat kita terlalu sombong untuk meminta tolong. Ia lebih daripada sekadar setara dengan ketidakpercayaan kita, pada saat kita terlalu takut untuk meminta pertolongan. Allah itu "ajaib dalam keputusan dan agung dalam kebijaksanaan." (Yesaya 28:29) Sementara itu, Yesaya 11:2 menggambarkan Mesias dalam bahasa seperti berikut: "Roh TUHAN akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan TUHAN."

Terkait dengan Allah, berarti mengenakan karakter-Nya saat Allah mengerjakan segala sesuatu bersama-sama untuk tujuan tersebut (Roma 8:28-29). Saya sangat dikuatkan oleh dampak yang telah Kristus kerjakan dalam kehidupan banyak orang -- termasuk pria! Mereka telah merendahkan diri di hadapan Allah, dan menemukan bahwa sungguh mudah (bahkan menjadi kesukaan) untuk meminta pertolongan dari saudara-saudari di dalam Kristus. Mereka mulai mencerminkan hikmat yang ada pada orang-orang, yang suatu hari kelak akan menghakimi dunia dan semua malaikat (1 Korintus 6:2).

Setiap kita, pria maupun wanita, seharusnya mencari nasihat dalam keputusan penting. Kita memerlukan nasihat saat kita begitu meyakini suatu keputusan. Bagi orang bodoh, kebanyakan keputusan yang bodoh adalah "jelas". Kita memerlukan nasihat dalam keputusan yang membingungkan, karena hal itu belum jelas bagi kita. Para orang tua, guru, majikan, penatua, pendeta, kakek-nenek, sanak keluarga, dan teman adalah para calon yang akan memberikan nasihat yang baik jika mereka berhikmat.

NASIHAT BIJAK MENGHASILKAN KEPUTUSAN BIJAK

Sebagian dari banyaknya keputusan yang kita buat setiap hari, ada yang berakhir dengan baik, sedangkan yang lainnya tidak. Apa yang bisa kita lakukan untuk membuat keputusan yang lebih baik? Seberapa baikkah kemampuan Anda dalam membuat keputusan? Pernahkah Anda bertanya-tanya, "Apa yang terjadi seandainya aku ...?" -- terutama saat Anda tidak mendapatkan hasil yang Anda harapkan?

Barangkali Anda tidak pernah menyadari bahwa Alkitab adalah sebuah buku tentang membuat keputusan-keputusan bijak. Bukan hanya itu, Alkitab juga penuh dengan contoh-contoh keputusan yang baik dan buruk, serta akibat keputusan-keputusan tersebut. Alkitab menunjukkan keputusan-keputusan yang baik, sesuai dengan prinsip-prinsip yang benar, yang mengarah kepada hasil-hasil yang baik. Apabila Anda membuat keputusan-keputusan emosional yang berdasarkan amarah, hawa nafsu, dan keegoisan, Anda sebaiknya siap-siap menerima hasil-hasil yang buruk.

Alkitab menyingkapkan satu prinsip yang berlaku di semua bidang kehidupan: Anda menuai apa yang Anda tabur (Galatia 6:7). Kadang-kadang, korelasi langsung ini tidak jelas, tetapi semakin kita dewasa, hasil keputusan kita semakin jelas.

Jika Anda melihat Alkitab sebagai buku pegangan dalam pembuatan keputusan, Anda akan menemukan banyak petunjuk yang berguna. Jika Anda ingin membuat pilihan-pilihan yang benar, Anda dapat menyelamatkan diri Anda sendiri dari banyak masalah; apalagi jika Anda lebih mencermati contoh-contoh yang tercatat di dalam firman Allah. Misalnya, cerita tentang Kain ketika dia mengambil keputusan yang buruk, dan akhirnya menuai hidup yang penuh kutukan dan sengsara (Kejadian 4:5-13). Atau, Saul yang mengambil keputusan di luar yang sudah ditetapkan Tuhan Allah. Karena keputusannya yang salah tersebut, Saul hidup dalam depresi, mencari pertolongan dari seorang peramal, berupaya melakukan pembunuhan yang justru berujung pada kematiannya sendiri. Keputusan yang salah sangat merugikan dirinya (Samuel 13:8-14).

Apakah contoh-contoh tersebut relevan dengan kita pada masa kini? Mungkin contoh tersebut tampak jauh dan di luar konteks dunia modern kita. Akan tetapi, kita harus selalu ingat bahwa prinsip-prinsip itu tetap berlaku.

Jangan lupa bahwa kita ada untuk suatu tujuan. Allah menciptakan kita dengan sebuah harapan bahwa suatu hari nanti kita menjadi bagian dari keluarga-Nya. Belajar membuat keputusan-keputusan bijak berdasarkan perintah-perintah Allah adalah sebuah pelajaran utama yang perlu dipelajari setiap orang.

Allah memberi tahu kita untuk tidak "bersandar kepada pengertianmu sendiri" (Amsal 3:5). "Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut." (Amsal 14:12) Lalu, bagaimana kita belajar membuat keputusan yang bijak?

Kunci untuk membuat keputusan yang benar.

1. Mencari hikmat.

Kita bisa membuat pilihan yang benar dengan lebih mudah, jika kita mencari hikmat. "Permulaan hikmat ialah: perolehlah hikmat dan dengan segala yang kauperoleh, perolehlah pengertian." (Amsal 4:7) Kita dibanjiri dengan pilihan-pilihan dan kesempatan-kesempatan. Namun, nilai-nilai pokok tidak berubah. Belajar menunjukkan rasa hormat kepada Allah sebagai Pencipta segala sesuatu, adalah hal mendasar bagi keberhasilan hidup. Bacalah wejangan hikmat dalam Kitab Amsal, dan pakailah itu sebagai pedoman sehari-hari, untuk mendapatkan pengertian dan pengetahuan, kemudian terapkan itu dalam proses pengambilan keputusan.

2. Menaati Allah.


Setelah kehidupan yang penuh berkat dan kenyamanan, yang membuat Salomo mengalami berbagai kebahagiaan dan keberhasilan, dia merangkum apa yang telah dipelajarinya. Kesimpulan berdasarkan pengalaman yang dialaminya seumur hidup adalah: "...Takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang." (Pengkhotbah 12:13) Yesus dari Nazaret mengajar para murid-Nya pelajaran sejenis: "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33)

Yesus Kristus dan Salomo tahu bahwa hal-hal jasmaniah yang tampaknya paling penting bagi kita, tidak semuanya signifikan dalam waktu yang lama. Pada akhirnya, menaati dan menyenangkan Allah adalah intinya. Itulah satu-satunya cara, agar kita mampu menjalani hidup yang benar-benar berguna dan produktif. Kita harus mengingat hal ini saat kita membuat keputusan.

3. Mengembangkan hubungan yang sehat.


Keseluruhan Alkitab berbicara mengenai hubungan. Allah menghendaki kita untuk menjadi bagian dari keluarga-Nya. Dia menghendaki kita untuk belajar bekerja bersama-sama, dan saling bergandengan tangan dalam damai dan kasih. Beberapa misteri terbesar dari kehidupan, disingkapkan dalam proses belajar untuk bekerja bersama-sama, yang menuntut kesabaran, hormat, dan kerja keras untuk membangun persahabatan.

Memiliki teman untuk mendukung dan memberi inspirasi kepada Anda, bisa menjadi pertolongan yang luar biasa untuk menolong Anda membuat pilihan yang benar. Sering kali, dengan mencurahkan isi hati kepada sahabat atau seseorang yang Anda hormati, Anda bisa melihat jalan yang lebih jelas.

Di sisi lain, sebagian hubungan bisa berbahaya. "Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korintus 15:33b) Berada di antara orang-orang yang salah, akan memengaruhi penilaian Anda dan menuntun kepada keputusan-keputusan yang buruk.

4. Aturlah hidup Anda.

Para atlet menyadari bahwa untuk meraih prestasi hebat, mereka perlu berlatih dan bertindak. Sebagian orang yang ingin bertanding di Olimpiade atau bermain olah raga profesional, mendedikasikan diri mereka untuk melaksanakan jadwal latihan dengan ketat. Rasul Paulus menyoroti gaya hidup seorang atlet, sebagai analogi untuk menunjukkan bahwa orang Kristen harus berusaha sungguh-sungguh, untuk memiliki hidup saleh: "Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak." (1 Korintus 9:27)

Di dunia yang mudah terikat dengan permainan, makanan, alkohol, pekerjaan, atau kemalasan, masuk akal untuk mencermati bagaimana kita mengatur waktu kita. Proses membuat pilihan yang benar meliputi menetapkan dan mengorganisasikan tujuan, kemudian mengerjakannya.

5. Temukan pekerjaan yang berarti.

"Dalam tiap jerih payah ada keuntungan, tetapi kata-kata belaka mendatangkan kekurangan saja." (Amsal 14:23) Allah memberi kita pikiran yang sanggup menemukan hal-hal yang mengagumkan, salah satunya dirangsang melalui pemecahan masalah dan pembangunan. Melakukan sesuatu yang bermanfaat, dapat membuat Anda menemukan arti dalam hidup dan melewati hari dengan cepat. Sebagian orang yang sedang mengerjakan proyek yang menantang, lupa waktu dan bahkan mereka bisa lupa untuk makan dan tidur.

Ingatlah bahwa Allah memberikan kepada manusia, 6 hari untuk bekerja dan satu hari untuk beristirahat. Ini menunjukkan maksud Pencipta kita, agar kita produktif. Membuat pilihan yang benar berarti kita akan bekerja untuk tujuan produktif.

6. Perhatikan kesehatan Anda.

Ketika Anda sakit atau tertekan, sulit bagi Anda untuk tetap bersemangat terhadap apa pun. Menjaga kesehatan meliputi memerhatikan menu makan Anda, menjaga kebugaran fisik, dan menjaga penampilan mental yang positif. Anda bisa beraktivitas jauh lebih baik, ketika tubuh dan pikiran Anda sehat.

Paulus bertanya: "Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus... Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!" (1 Korintus 6:19-20) Allah memberikan kepada kita, masing-masing talenta yang luar biasa dan kompleks dalam tubuh kita, dan Dia mengharapkan kita untuk memeliharanya.

7. Miliki hubungan dengan Allah setiap hari.

Jika Anda mengerti alasan keberadaan Anda, maka Anda bisa menyadari Allah telah membuat Anda sesuai dengan gambar-Nya. Secara alami, Dia menghendaki kita untuk mengembangkan relasi kita dengan Dia. Kesadaran ini membantu kita untuk mengetahui tujuan hidup kita.

Keputusan bijak, ketika timbul dari keinginan untuk mengembangkan potensi kita, akan membuat hidup lebih bebas dari tekanan dan lebih berharga. Paulus mendorong kita untuk memelihara cara pandang yang benar ini, sehingga "Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus." (Filipi 4:7)

Sebab dan Akibat

Beberapa abad yang lalu, Allah menginspirasi Musa untuk menawarkan kepada bangsa Israel, pilihan-pilihan yang sama dengan yang harus kita hadapi. Musa segera menyuruh bangsa Israel berkumpul untuk mendengarkan dan memahami bahwa, pilihan mereka untuk menaati Allah dan melakukan perintah-perintah-Nya akan menuntun kepada hidup. Di sisi lain, dengan memilih untuk tidak taat, akan membawa mereka kepada kematian. "Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu." (Keluaran 30:19)

Semoga Anda memilih dengan bijak!

BERPACARAN DENGAN SIAPA?

Salah satu masalah yang sering dihadapi anak-anak Tuhan dewasa ini adalah keterbatasan pilihan pasangan hidup. Pada umumnya, mencari orang seiman dan sepadan tidaklah mudah. Kadang, kita menemukan yang seiman namun tidak sepadan; atau kadang menemukan yang sepadan tetapi tidak seiman. Apakah yang mesti dilakukan dalam kondisi seperti ini? Berikut akan dipaparkan beberapa masukan sebagai panduan menghadapi masalah ini.
  1. Kita tidak boleh berkompromi dalam hal yang paling penting, yakni mencari yang pasangan seiman. Kita mungkin sepadan alias cocok, namun bila tidak seiman, pernikahan kita tidaklah berkenan di hadapan Tuhan. Firman Tuhan dalam 1 Korintus 7:39 dengan jelas mengatakan, "... ia bebas menikah dengan siapa saja yang dikehendakinya, asal orang itu adalah seorang yang percaya." Juga 2 Korintus 6:14 menegaskan, "Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya."
  2. Kita tidak boleh berkompromi dalam hal yang paling penting lainnya, yakni mencari pasangan yang sepadan. Ingat, pernikahan tidak dibangun di atas kesamaan iman saja, tetapi juga di atas kecocokan atau kesepadanan. Janganlah menggampangkan dengan berkata bahwa selama seiman, maka segala masalah akan dapat diselesaikan. Mungkin saja akan dapat diselesaikan, namun ketidaksepadanan tetap akan menyulitkan penyesuaian.
  3. Bila dua prasyarat ini terpenuhi, faktor lainnya dapat dikompromikan. Misalnya, kriteria seberapa cantik dan tampan, tingkat pendidikan, suku, kemapanan ekonomi, warna kulit, dan penampilan fisik lainnya, semua ini adalah faktor yang terbuka untuk dipertimbangkan ulang. Meskipun semua ini dapat dipertimbangkan ulang, tetap satu pertanyaan yang mesti diajukan kepada diri sendiri adalah, "Dapatkah saya tinggal bersamanya dan terus menghormati, serta mencintainya seumur hidup?" Dengan kata lain, sekali kita menerimanya, kita tidak boleh lagi membangkit-bangkitkan faktor yang tidak ada pada dirinya. Ingat, menerima berarti tidak menuntutnya lagi.
  4. Boleh melihat, namun sebaiknya jangan mencari-cari pasangan hidup. Silakan bergabung dengan kelompok lajang agar dapat berkenalan, namun janganlah sampai kita terlalu menggebu-gebu dalam mencari pasangan hidup. Pada umumnya, kita tidak suka dengan orang yang terlihat jelas tengah mencari-cari jodoh. Kita ingin diperlakukan sebagai manusia yang utuh dan bernilai; kita menuntut orang untuk berkenalan dan menyukai kita atas dasar keberadaan diri kita, bukan atas dasar kebutuhannya mencari pasangan hidup.
  5. Sebaiknya, jangan mencari-cari pasangan lewat jaringan luar (online). Dewasa ini ada biro jasa perjodohan yang mencoba memasangkan orang secara jaringan luar. Masalahnya, mencari pasangan hidup tidaklah sama dengan mencari buku lewat jaringan luar. Bahkan dalam membeli buku pun, kalau kita membelinya lewat jaringan luar, salah satu kerugian terbesarnya adalah kita tidak tahu isinya. Demikian pula dengan mencari pasangan hidup. Perkenalan lewat jaringan luar tidaklah sama dengan perkenalan lewat interaksi langsung. Untuk urusan sepenting pernikahan, lakukanlah dengan cara yang tradisional namun terbukti ampuh, yakni perkenalan langsung.
  6. Kita mesti mengingat bahwa hidup tidak hanya terdiri dari pernikahan dan kita pun tidak hidup hanya untuk menikah. Firman Tuhan mengingatkan, "Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka." (2 Korintus 5:15) Kita hidup untuk Kristus; oleh karena itu yang terpenting adalah melakukan pekerjaan-Nya selama kita hidup. Setelah kita menyenangkan hati Kristus, biarlah kita menyerahkan hidup kepada-Nya, termasuk hal perjodohan ini.

BERKENCAN

Bagaimana seharusnya sikap saya tentang berkencan?
[1] Ada orang Kristen yang berpikir bahwa berkencan dengan orang yang belum percaya merupakan tindakan yang bodoh, karena berkencan itu dapat menjurus kepada pernikahan. Selain itu, orang yang belum percaya, cenderung memiliki standar-standar moral yang lebih rendah daripada yang diinginkan Allah bagi Anda. Silakan Anda memutuskan sendiri persoalan ini, tetapi camkanlah hal-hal yang berikut ini.

Alasan-alasan yang baik untuk berkencan :
  • Untuk mengembangkan keterampilan bergaul (komunikasi, kepekaan, dsb.).
  • Untuk mendapatkan waktu yang menyenangkan.
  • Untuk menikmati pribadi lain -- yaitu seluruh kepribadiannya.
  • Untuk dapat menikmati perasaan, bahwa Anda sepenuhnya diterima dengan sungguh-sungguh oleh seseorang.
  • Untuk bertumbuh di dalam Kristus melalui persekutuan dengan seorang lain yang seiman.

Alasan-alasan yang buruk untuk berkencan :
  • Untuk dapat mengesankan orang yang diajak berkencan atau mengesankan orang lain.
  • Untuk mendapatkan kepuasan seksual.
  • Untuk membangun keakuan Anda.
  • Untuk membuat supaya orang lain itu memenuhi berbagai kebutuhan Anda.

Pertanyaan-pertanyaan yang baik untuk mengendalikan kelakuan.
  • Apakah motif saya ini untuk memuaskan diri ataukah untuk menghormati orang ini?
  • Apakah saya memperlakukan orang ini sebagai suatu ciptaan Allah yang berharga, yang memunyai perasaan-perasaan dan tujuan yang kekal?
  • Apakah hubungan ini menolong saya untuk mengenal diri saya dan Kristus lebih baik?
  • Apakah orang ini mendorong saya untuk menaati Allah?
  • Apakah saya melakukan ini oleh karena tekanan-tekanan dari orang tua, kawan-kawan, atau teman berkencan saya?
  • Apakah saya sedang berusaha membuat orang ini memenuhi kebutuhan-kebutuhan, yang seharusnya dipenuhi oleh Allah?

Tanggung Jawab Wanita

Wanita biasanya lebih verbal daripada pria. Anda dapat berkontribusi terhadap pertumbuhan teman kencan Anda dengan membuat aman bagi sang pria untuk berkomunikasi (misalnya, tidak memanipulasinya dengan apa yang Anda dengar tentang dia), bersikap terbuka, mau mendengarkan, dan mengajukan banyak pertanyaan yang baik.

Anda harus mengekang kekuatan Anda untuk memikat dia dengan kata-kata, kerlingan mata, pakaian, dan gerak-gerik Anda. Anda akan mengkhianati kasih, apabila Anda menggoda seorang pria untuk merangsang hawa nafsunya, atau memakai daya pesona Anda untuk memanipulasi dia.

Tanggung Jawab Pria
Ambillah tanggung jawab untuk kepemimpinan rohani tanpa bersikap suka menguasai. Pikirkanlah selalu akan kesejahteraan teman kencan Anda. Rencanakanlah bersama-sama waktu berkencan Anda, dan janganlah mendesak teman kencan Anda ke dalam situasi-situasi yang membuatnya harus berkompromi atau yang membuatnya terganggu.

Belajarlah untuk berkomunikasi dengan kata-kata dan bukannya dengan sentuhan. Putuskanlah untuk mengambil risiko, dengan mengungkapkan pemikiran dan perasaan Anda yang sebenarnya. Keterbukaan ini harus sedikit demi sedikit, untuk melihat apakah Anda dapat memercayai wanita ini. Janganlah terlibat dengan seseorang yang tidak dapat Anda percayai dengan pemikiran-pemikiran pribadi Anda, sekalipun Anda merasa wanita itu sangat menarik.

Kekanglah keinginan Anda untuk menguasai. Janganlah membuat wanita itu beranggapan bahwa Anda lebih terikat secara emosi daripada keadaan Anda yang sebenarnya. Janganlah menyalahgunakan kebutuhannya akan kasih menjadi sesuatu yang merugikan dia.

Catatan: [1] Disadur berdasarkan buku Stacy and Paula Rinehart, Choices: Finding God's Way in Dating, Sex, Singleness, and Marriage (Colorado Springs, Colo.: NavPress, 1982), halaman 29-85.

Diambil dari:
Judul asli buku: A Compact Guide to the Christian Life
Judul buku: Kompas Kehidupan Kristen
Judul bab: Kehidupan di dalam Dunia
Judul artikel: Berkencan
Penulis: K.C. Hinckley
Penerjemah: Gerrit J. Tiendas
Penerbit: Yayasan Kalam Hidup, Bandung
Halaman: 175 -- 177

Jumat, 11 November 2011

Mengetahui Dia Bukan Pasangan Yang Tepat.

Tidak ada yang lebih buruk daripada menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk berinvestasi dalam suatu hubungan hanya untuk mencari tahu bahwa dia bukanlah pasangan yang tepat bagi Anda. Gunakan petunjuk berikut untuk menemukan bahwa pasangan Anda saat ini merupakan orang yang tepat.
Berikut adalah 6 cara untuk mengetahui jika ia adalah ‘orang yang salah’:

1. Ia Membenci Keluarga Anda


Apakah Anda benar-benar ingin menghabiskan hidup Anda dengan seseorang yang tidak tahan berada di sekitar keluarga Anda? Sangatlah penting untuk pasangan Anda bergaul dengan keluarga Anda dan keluarga Anda pun dapat menerima dirinya sebagaimana ia adanya. Jika mereka tidak cocok, Anda mungkin harus mempertimbangkan hubungan Anda kembali. Di atas semuanya, bukankah keluarga berlaku untuk selamanya?

2. Sahabat Anda Tidak Menyukainya

Sahabat Anda jauh lebih mengenal Anda dibandingkan siapapun. Jika mereka berpikir bahwa ia bukanlah pasangan yang tepat bagi Anda, kemungkinan besar mereka memang benar. Dengarkan pendapat mereka dan masukkan nasehat mereka di dalam hati. Tanyakan kenapa mereka tidak menyukai pasangan Anda dan dengarkan dengan sungguh-sungguh apa yang mereka katakan. Tentu dengarkan Sahabat yang memiliki Kedewasaan rohani sesuai Standar Firman Tuhan, bukan Kedewasaan duniawi yg sekedar enak didengar atau sepertinya meyakinkan.

3. Anda Tidak Memiliki Kesamaan

Dibutuhkan lebih dari hanya sekedar cinta untuk membangun masa depan. Jika Anda tidak memiliki ketertarikan yang sama, apa yang akan terjadi dalam beberapa tahun ketika gairah cinta Anda mulai menurun? Anda memerlukan beberapa kesamaan untuk mempertahankan hubungan, seperti ketertarikan yang sama terhadap buku, musik atau olahraga.

4. Semua Minat Anda Sama

Memiliki beberapa minat yang sama adalah baik, namun penting untuk memiliki keseimbangan. Jika segala hal yang Anda sukai sama dengannya, segala hal bisa membosankan. Beberapa perbedaan akan menjaga cinta tetap hangat! "Ingatlah, bertentangan itu menarik!"

5. Tidak Ada Chemistry

Saat Anda berada didekatnya, apakah Anda merasakan bunga api? Jika tidak, Anda harus memikirkan kembali sebelum Anda melangkah masuk ke dalam komitmen. Hubungan lebih dari hanya sekedar perasaan sesaat, namun ada chemistry dapat membuat hubungan berlangsung lama.

6. Anda Memiliki Tujuan Yang Berbeda Untuk Masa Depan

Dapatkah Anda berkompromi? Atau apakah rencana masa depan Anda terlalu jauh berbeda? Pastikan Anda berdua menginginkan hal yang sama bagi masa depan Anda jika Anda ingin hubungan ini tetap berlangsung untuk jangka panjang.

Keenam petunjuk ini bisa saja mengungkapkan bahwa si dia bukanlah orang yang tepat bagi Anda. Luangkan waktu untuk memikirkan hal ini.. 
Yesus pun telah memberikan banyak petunjuk bagi kita dalam mencari pasangan hidup. SO, LET'S PRAY and BE WISE..

Kesendirian Dapat Membunuh.

Kesendirian adalah pembunuh : 
kesendirian berdampak buruk bagi kesehatan Anda sama halnya denga alkohol, rokok dan makan berlebih, ujar peneliti. Obesitas dan pecandu alkohol dapat berakibat buruk bagi kesehatan Anda, namun ada suatu kondisi yang tidak terlalu diperhatikan di luar sana tapi sama berbahayanya, kesepian.

Menurut sebuah studi, dukungan dari keluarga, teman dan tetangga dapat meningkatkan kesempatan 50 persen bagi Anda untuk hidup sehat sampai usia tua.

Namun temuan berdasarklan analisis terhadap lebih dari 300.000 orang menunjukkan isolasi sosial berdampak buruk bagi kesehatan yang dampaknya sama dengan merokok 15 batang rokok dalam sehari atau menjadi seorang pecandu alkohol.

Kesendirian juga memiliki dampak yang lebih merusak bagi kesehatan dibandingkan tidak berolahraga dan dua kali lebih berbahaya dari obesitas.

Para ilmuwan Amerika yang membuat penemuan mengatakan kurangnya dukungan sosial harus ditambahkan ke dalam ‘daftar singkat’ faktor resiko mati muda.

Dr. Julianne Holt-Lunstad dari Brigham University di Utah yang memimpin penelitian, mengatakan teman-teman dan keluarga mempengaruhi kesehatan dengan lebih baik karena menawarkan ‘sentuhan yang menenangkan’ atau dengan membantu orang untuk menemukan arti dalam hidup mereka.

“Ketika seseorang terhubung dengan sebuah kelompok dan merasa bertanggung jawab terhadap orang lain, perasaan memiliki tujuan dan makna menerjemahkan untuk memiliki kepedulian lebih terhadap diri mereka sendiri dan mengambil resiko yang lebih kecil,” ujarnya.

Para peneliti melihat data dari 148 studi sebelumnya yang telah diterbitkan dan mengukur jaringan sosial masyarakat dengan melacak rata-rata kesehatan mereka selama 7,5 tahun.

Data tidak menunjukkan apakah orang-orang tersebut berada dalam hubungan yang ‘positif’ atau ‘negatif’ – hanya sejumlah orang dimana mereka terhubung secara teratur.

Para penulis penelitian percaya bahwa persahabatan yang positif dapat memperkuat manfaat kesehatan yang ada. “Data hanya menunjukkan apakah mereka terintegrasi ke dalam jaringan sosial,” ujar Dr. HoltLunstad.

“Itu berarti dampak hubungan negatif disamakan dengan yang positif. Kedua data itu sama-sama ada di sana.”

Dia menambahkan, “Dokter, profesional kesehatan, pendidik dan media umum mengambil faktor resiko, seperti merokok, diet, dan olahraga. Secara serius, data tersebut menyajikan kasus yang menarik bagi faktor hubungan sosial untuk ditambahkan di daftar.”

Efeknya bukan hanya terlihat pada orang yang lebih tua, tetapi tampaknya meningkatkan harapan hidup pada setiap tahap usia. Dan hubungan ini bersifat tetap bahkan setelah para peneliti memperhitungkan seks, kesehatan awal dan penyebab kematian dari mereka yang terlibat dalam penelitian.

Rekannya Dr. Timothy Smith mengatakan, “Efek ini tidak terisolasi untuk orang dewasa yang lebih tua. Hubungan menyediakan tingkat perlindungan pada semua usia. Kita menikmati hubungan secara alami bagaikan ikan yang tidak sadar ia sebenarnya hidup di dalam air. Interaksi yang terus-menerus tidak hanya bermanfaat secara psikologis tapi juga langsung kepada kesehatan fisik kita.”

Seorang juru bicara untuk jurnal PloS Medicine, yang menerbitkan penelitian tersebut, mengatakan, “Gagasan bahwa kurangnya faktor resiko untuk kematian masih belum diakui secara luas oleh organisasi kesehatan dan masyarakat.”

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa mereka yang tidak pernah menikah lebih mungkin mati muda daripada mereka yang mendapat pasangan atau bercerai.

Lajang usia 19 sampai 44 tahun lebih mungkin meninggal pada suatu tahun tertentu dari rekan-rekan mereka yang menikah, sebagaimana ditemukan dari sebuah studi terhadap 67.000 orang di Amerika.

Tahun lalu para peneliti dari University of Utah menyatakan bahwa wanita lebih menderita dalam pernikahan bermasalah dibandingkan pria dan bahwa mereka lebih rentan terhadap faktor resiko penyakit jantung

Jadilah Single Selamanya


Kata ‘single’ dalam artinya sebenarnya berarti tunggal, di dalam kata itu terkandung kata utuh, penuh. Namun, pada kenyataannya, dalam hubungannya dengan status kita, single berarti sendiri.
Ketika kita sudah menikah, kita akan jadi ‘double’. Padahal, itu merupakan pengertian yang salah. Ketika kita sudah menikah, kita harus tetap ‘single’. Kita harus dapat menjadi pribadi yang utuh atau penuh. Kita harus tetap tunggal.

Permasalahannya adalah banyak anak muda yang sibuk mencari pasangan terlebih dahulu daripada menjadi pribadi yang utuh. 
Dia tidak mengisi dirinya sendiri. Waktu kita bayi, kita sangat tergantung kepada orang lain. Jika tidak ada orang yang mau memberi makan, maka kita akan mati.
Semua orang pasti pernah mengalami masa itu. Waktu kita memasuki usia anak-anak, kita mulai diajarkan untuk mampu makan sendiri, mandi sendiri, bahkan belajar segala sesuatu.

Untuk itulah, peran orangtua dalam mendidik anak sangat penting agar anak dapat menjadi mandiri. 
Namun, bukan itu yang hendak ditekankan di sini. Bagaimana hidup kita menjadi pribadi yang utuh, itulah yang harus kita kejar. Kita harus mengejar tujuan hidup kita yang sudah Tuhan sediakan untuk kita. Kita harus memberikan sumbangsih buat kehidupan. Kita harus menjadi pribadi yang mampu menyenangkan Tuhan. Ketika mengejar semuanya itu, maka percayalah ketika Anda mulai berhubungan dengan seseorang, Anda dapat menjalankan hubungan yang sehat. Karena Anda sudah utuh, mengenal Tuhan dengan dewasa, secara otomatis Anda akan mencari orang yang seperti itu dan membangun hubungan yang dewasa di dalam Tuhan. Betapa hubungan yang luar biasa bukan?

Ketika menikah nanti, ada dua pribadi yang single, utuh untuk membangun kehidupan bersama. 
Pernikahan yang baik diibaratkan Anda ingin membuat jus dari dua macam buah. Kedua buah ini sangat mempengaruhi apakah jus yang nanti akan lezat atau tidak, hal ini tergantung dari seberapa baik kualitas buah tersebut. Jika salah satu dari buah itu busuk, maka hasilnya tidak akan baik.
Hal ini jugalah yang terjadi dalam sebuah pernikahan. Karena itulah, baiklah kita menjadi pribadi yang utuh dan Tuhan akan bekerja dalam hubungan Anda.

Apakah Ada Panduan Seks di Alkitab?

Ketika sampai pada pembicaraan seks, kebanyakan pasangan menikah hanya melakukan apa yang benar menurut mereka. Jika mereka sudah merasa cukup puas, merasakan kesenangan, kedekatan dan klimaks, maka itulah yang akan mereka lakukan. Namun, beberapa orang merasa bersalah karena bertanya-tanya apakah yang mereka lakukan berdosa atau tidak.

Banyak pasangan memiliki berbagai pertanyaan seputar ini, namun sayangnya gereja ketika berbicara tentang seks, mereka biasanya merasa tabu atau malu. Mereka pikir seks bukanlah sesuatu yang rohani yang patut dibicarakan di gereja. Pemikiran yang sangat salah! Seks adalah sesuatu yang rohani, kudus dan merupakan ide Allah sendiri.

Tapi apakah ada daftar kegiatan seksual yang dikategorikan “dosa” dan “kudus”?
Apakah semua orang setuju dengan daftar ini?
Mungkin jawabannya adalah antara ya dan tidak. Tentu saja kita ingin ada panduan yang jelas apa yang boleh dilakukan dan tidak, namun dalam pemahaman Kristen, hal ini tidak ada. Satu-satunya dasar penyaring antara yang boleh dan tidak boleh adalah Alkitab. Namun ada beberapa hal yang harus kita garis bawahi disini:

Pertama, 
Alkitab bukanlah buku manual untuk teknik bercinta. Mungkin Anda pernah mendengar orang berkata bahwa kitab Kidung Agung menggambarkan kegiatan seksual, itu tidak benar. Kidung Agung adalah kumpulan syair lagu cinta yang menggambarkan sukacita sebuah hubungan intim. Jadi Alkitab tidak menggambarkan secara spesifik seperti apa kegiatan seksual itu.

Kedua, 
Alkitab menekankan beberapa prilaku seksual tertentu yang dilarang. Diantaranya adalah perzinahan, melakukan hubungan seksual dengan pribadi yang bukan pasangan Anda. Hubungan seks sebelum pernikahan juga suatu kekejian di hadapan Tuhan karena telah menodai kudusnya hubungan seksual. Karena pada dasarnya hubungan seksual Tuhan ciptakan untuk menciptakan keintiman dalam pernikahan.

Selain itu Alkitab juga mencatat beberapa praktek seksual yang dianggap kekejian di hadapan Tuhan (Imamat 18; Roma 1:21-32; 1 Tesalonika 4:1-8 dan 1 Korintus 6:12-20).

Namun diluar itu, ada banyak kegiatan seksual antara suami istri yang tidak dituliskan dalam Alkitab (seperti pornografi, alat pemuas seksual dan banyak hal lainnya). Jadi bagaimana kita bisa menemukan jawabannya? Cara terbaiknya adalah dengan menemukan prinsip-prinsip yang telah Tuhan tetapkan bagi pasangan suami istri.

ORANG TUAKU, ORANG TUAMU, DAN KITA

Pernikahan tidak hanya menyatukan dua pribadi saja -- laki-laki dan perempuan. Lebih dari itu, pernikahan adalah penyatuan dua keluarga, dari pihak laki-laki dan pihak perempuan. Bagaimana caranya agar pasangan suami-istri bisa berkomunikasi dan beradaptasi dengan keluarga pasangannya, terkhusus dengan mertua mereka?

Pengalaman dan hubungan yang terjadi pada masa lalu dapat memengaruhi kehidupan kita sekarang dan yang akan datang. Hubungan lama Anda dengan orang tua, dan hubungan baru Anda dengan mertua pasti berdampak pada pernikahan Anda. Namun demikian, Anda masih dapat membangun hubungan yang positif dan sehat dengan mertua maupun orang tua Anda. Karena itu, mari kita teliti hal-hal yang dapat menjadi sumber konflik dan bagaimana mewujudkan keharmonisan dalam pernikahan.

Kebiasaan, tradisi, serta gaya hidup seseorang dan keluarganya biasanya memengaruhi kehidupan pernikahannya. Jadi, siapa yang harus menyesuaikan diri? Tradisi keluarga siapa yang harus diikuti? Apakah setiap pasangan yang baru menikah, harus selalu memakai kebiasaan keluarga orang tua mereka yang sudah membudaya itu? Atau mungkinkah mereka mengembangkan kebiasaan sendiri? Jika Anda selalu mengunjungi keluarga istri pada hari Natal, apa yang akan terjadi jika sekali waktu Anda ingin mengunjungi orang tua Anda sendiri atau sahabat Anda? Apa yang terjadi jika Anda menyarankan suatu perubahan? Hal-hal ini tampaknya sepele, namun dapat menjadi masalah besar jika menyangkut tradisi keluarga. Dapatkah kita berkata bahwa tradisi suatu keluarga "benar" dan lainnya "salah"? Bagaimana menyampaikan kepada orang tua atau mertua, bahwa Anda ingin mengubah beberapa kebiasaan mereka dan memulai sesuatu yang baru?

Salah satu masalah yang banyak dijumpai dalam konseling pernikahan adalah konflik dengan mertua, yang banyak menimbulkan luka, kepahitan, dan kesalahpahaman. Tak jarang seseorang merasa terperangkap di tengah, antara orang tua dan pasangannya. Terkadang salah satu atau keduanya, belum benar-benar meninggalkan rumah orang tuanya secara psikologis. Bagi mereka yang telah menikah, hal utama yang seharusnya mereka lakukan adalah mendukung pasangannya, bukan orang tuanya!

Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi komunikasi suami-istri dalam hubungannya dengan mertua.
  1. Kesenjangan usia antara suami-istri dan orang tua mungkin dapat menjadi sumber konflik. Pasangan yang belum pernah berpisah dengan orang tua sebelum menikah, entah untuk studi atau hal lain, biasanya mengalami masalah penyesuaian diri. Pada saat yang sama, ia dituntut untuk belajar menyesuaikan diri dengan orang lain dalam ikatan pernikahan.
  2. Orang tua ingin selalu diperhatikan. Saat anak-anak masih kecil, orang tua jarang meminta pendapat anak. Akan tetapi, setelah mereka menikah, orang tua ingin berkomunikasi dengan anak-anaknya sebagai sesama orang dewasa. Sayangnya, ada juga orang tua yang menuntut perhatian lebih dari anak-anak mereka. Alasannya ada banyak, misalnya penghasilan yang menurun, merasa kurang diperhatikan, penyakit-penyakit kronis, atau usia yang sudah sangat tua.
  3. Urutan kelahiran anak. Misalnya, anak sulung yang menikah dengan anak bungsu. Perbedaan urutan kelahiran dan harapan dari orang tua/mertua, bisa memengaruhi pernikahan Anda. Orang tua anak bungsu mungkin merasa agak berat melepas anak terakhirnya, dan orang tua anak sulung mungkin menaruh harapan yang cukup tinggi pada menantunya ini.
  4. Pasangan dan orang tua memiliki harapan yang kurang realistis mengenai hubungan di antara mereka. Orang tua mungkin membayangkan hubungan yang dekat dan terus-menerus dengan menantu mereka. Mereka menganggap dapat berakhir pekan bersama, saling menelepon setiap 3 hari, dan merayakan Natal/acara lain bersama-sama. Mereka juga merasa yakin bahwa pasangan muda tidak akan bertempat tinggal lebih dari 9 kilometer dari rumah mereka, sehingga mereka tetap dapat menjenguk cucu-cucu mereka. Bahkan, ada yang berharap memiliki sedikitnya empat cucu, dan cucu pertama harus lahir dalam dua tahun pertama! Namun, bagaimana bila Anda memunyai rencana lain? Bagaimana bila Anda berencana tidak memunyai anak dulu atau bertempat tinggal di luar kota, dan hanya sebulan sekali menulis surat kepada mereka? Semua harapan seperti ini sebaiknya didiskusikan secara terbuka sedini mungkin.
  5. Perbedaan latar belakang keluarga. Misalnya, yang satu dari keluarga yang hangat dan terbuka, sementara yang lain tidak. Orang yang berasal dari keluarga yang dingin dan tertutup, mungkin tidak mau membina hubungan akrab dengan keluarga mertuanya. Demikian pula sebaliknya, orang yang hanya sedikit atau bahkan tidak pernah merasakan kehangatan dan keterbukaan dalam keluarganya, mungkin merindukan hubungan yang akrab dengan keluarga mertuanya. Orang yang berasal dari keluarga yang hangat, mungkin ingin keluar dari keadaan itu!
  6. Pilihan tempat tinggal sang pengantin baru. Hal ini dapat memengaruhi hubungan mereka dengan mertua. Pasangan yang tinggal bersama orang tua, rentan terhadap masalah. Pasangan muda tidak akan merasa bebas dalam banyak hal. Sang istri, terutama akan merasa tidak menjadi bagian di rumah ibu mertuanya. Jika pasangan itu tinggal bersama salah satu orang tua, orang tua yang lain mungkin akan cemburu dan ingin turut "mengendalikan" anak mereka.
  7. Gaya hidup dan tujuan yang hendak dicapai pasangan dan orang tua mereka. Orang tua yang makmur dan giat bekerja, sering kali sulit mengikuti standar hidup yang berbeda dari pasangan itu. Masalah akan bertambah parah jika pasangan itu selalu mengkritik standar hidup orang tua mereka.
  8. Masalah lainnya adalah kakek-nenek dan cucu. Sebagian orang tua sangat ingin segera menjadi kakek-nenek, lalu dengan cara sendiri mendesak pasangan itu untuk "memproduksi" anak. Sebagian lagi mungkin tidak suka menjadi kakek-nenek karena membuat mereka merasa tua. Jika anak yang lahir ternyata tidak seperti yang diinginkan kakek-neneknya, mungkin masalah jenis kelamin atau perilaku yang tidak sesuai, konflik pun mulai muncul. Masalah lain yang sering timbul adalah mengenai perlakuan kakek-nenek terhadap cucunya ketika mereka berkunjung. Kakek-nenek biasanya sangat memanjakan cucunya, membuat para orang tua lebih sulit mendisiplin mereka bila kembali ke rumah. Ini bisa membuat sang cucu lebih menyukai kakek-nenek yang satu dan kurang menyukai yang lain, lebih ingin bersama kakek-nenek yang satu daripada yang lain.

Berikut ini beberapa contoh kesulitan menyesuaikan diri yang biasa terjadi.

Kasus 1.
Seorang suami mengkritik cara istrinya mengatur rumah tangga. Ia terus memberitahu bagaimana ibunya melakukan hal itu dan memakai contoh ibunya sebagai patokan. Atau, seorang istri terus membicarakan hubungannya dengan ayahnya sebagai model perlakuan seorang ayah terhadap anak-anaknya.

Kasus 2.
Orang tua John terus mencela John dan istrinya. Mereka memberikan pendapat dalam segala hal, terutama dalam hal mendidik anak. Komentar-komentar yang tidak diminta ini mulai mengganggu John dan istrinya. Bagaimana mereka dapat mengemukakan masalah ini dengan bijaksana kepada orang tua John?

Kasus 3.
Orang tua Harry sangat penuntut dan menggunakan segala cara untuk mencapainya. Mereka ingin diperhatikan dan punya banyak harapan terhadap waktu yang dimiliki Harry dan Tina. Jika tidak mendapatkan yang mereka inginkan, mereka berusaha membuat Harry dan Tina merasa bersalah.

Kasus 4.
Seorang suami berkata, "Setiap tahun kami menghabiskan liburan bersama orang tua istri saya. Kami melakukan hal yang sama selama 8 tahun! Hal itu sama sekali bukan pengalaman yang menyenangkan untuk saya. Saya merasa terpojok, tetapi apa yang dapat kami perbuat? Mereka selalu mengharapkan kedatangan kami! Saya lebih suka pergi ke bagian lain dari negara ini."

Kasus 5.
Masalah lain yang biasa terjadi adalah orang tua yang merasa harus tahu keadaan anak mereka setiap hari. Sebagai contoh, seorang istri benar-benar sangat terganggu dengan perhatian yang berlebihan dari ibu mertuanya. Setiap hari, sang ibu menelepon dan ingin tahu pekerjaan anak laki-lakinya -- apakah berat badannya naik atau turun, apakah makanannya cukup terjamin gizinya, apakah ia sudah berhenti merokok, dan sebagainya. Dalam situasi ini si ibu mertua perlu menghentikan kebiasaannya menelepon, agar si istri merasa lebih baik.

Berikut beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah-masalah yang diuraikan dalam kelima kasus di atas.


Kasus 1.
Istri yang dibandingkan dengan mertuanya, dalam hal memasak (atau mengatur rumah tangga, mengemudi, menyetrika, dll.) mungkin berkata demikian, "Sayang, satu hal yang sangat saya hargai dan membuat saya senang adalah jika saya tahu kamu menyukai masakan saya. Saya merasa tidak enak, setiap kali mendengar kamu bicara tentang masakan ibumu. Saya ingin mengembangkan keterampilan dalam hal memasak, tetapi saya butuh masukan positif."
Atau, sang suami dapat berkata, "Sayang, saya sangat menghargai jika kamu memberitahu saat saya telah melakukan sesuatu yang menolongmu menghadapi anak-anak. Saya patah semangat jika selalu mendengar bagaimana ayahmu memperlakukanmu ketika kamu masih kecil." Kedua pernyataan ini mengandung komentar positif dan merupakan cara yang tepat untuk saling menyampaikan keluhan dan keprihatinan.

Kasus 2.
Ini merupakan situasi yang sulit dan kebanyakan kita lebih suka menghindarinya. Kita takut menghadapi akibatnya, meski kita tidak menyukai kritik yang terus-menerus. Kita khawatir akan timbul luka dan kemarahan jika menentang orang tua kita. Namun ingatlah, Anda menyatakan keberatan karena memerhatikan mereka dan ingin membina hubungan yang baik. Jika Anda hanya diam dan tak pernah meminta mereka berubah, hubungan yang baik akan hancur.

Kasus 3.
Inilah percakapan yang terjadi antara Harry dan ibunya. Respons Harry mungkin sangat berbeda dengan Anda, tetapi ketegasan dan kewajaran responsnya benar-benar efektif.
  • Ibu: Halo Harry, ini Ibu.
  • Harry: Halo Bu, apa kabar?
  • Ibu: Oh, baik-baik saja kukira (sambil menarik napas).
  • Harry: Baiklah, tetapi mengapa ibu menarik napas?
  • Ibu: Oh, ya, Ibu kira semuanya tidak berjalan terlalu baik. Ngomong-ngomong, apa kamu akan datang malam minggu ini? Ibu kangen. Kamu tahu, sudah berminggu-minggu kamu dan Tina tidak ke sini.
  • Harry: Maaf jika Ibu merasa tidak enak. Kami tak dapat datang minggu ini. Ada hal lain yang sudah kami rencanakan.
  • Ibu: Adakah yang lebih penting daripada mengunjungi Ayah dan Ibumu? Apakah kami tak ada artinya lagi bagimu?
  • Harry: Saya mengerti kalau Ibu ingin bertemu dengan kami. Ibu sangat berarti bagi kami. Tetapi kami tak dapat datang pada akhir minggu ini.
  • Ibu: Kami kecewa karena kami yakin kamu bisa datang dan Ibu sudah memasak makanan kesukaanmu untuk makan malam kita bersama. Tidakkah kamu tahu?
  • Harry: Tidak, Bu, saya tidak tahu.
  • Ibu: Aku dan Ayahmu benar-benar kecewa. Kami sangat mengharapkan kedatangan kalian. Kami sudah membeli ayam untukmu.
  • Harry: Saya tahu Ibu sangat kecewa, tetapi kami benar-benar tak dapat datang minggu ini.
  • Ibu: Saudara-saudaramu yang lain selalu mengunjungi kami. Bahkan kami tak perlu memintanya!
  • Harry: Benar, Bu. Mereka memang lebih sering datang, dan saya yakin sudah cukup banyak yang menemani mereka. Kami akan coba merencanakan hal seperti itu lain kali.
  • Ibu: Seorang anak Kristen yang baik seharusnya sering menengok orang tuanya.
  • Harry: Apakah karena saya tak dapat datang, lalu saya menjadi anak Kristen yang tidak baik?
  • Ibu: Jika kamu sungguh mengasihi dan memerhatikan kami, tentu kamu akan berusaha mengunjungi kami.
  • Harry: Apakah kalau saya tidak dapat menengok Ayah dan Ibu dalam minggu ini, berarti saya tidak mengasihi kalian?
  • Ibu: Kelihatannya begitu karena kalau kamu mau, kamu tentu bisa ke sini.
  • Harry: Ibu, saya tidak bisa datang tidak berarti saya tidak lagi memerhatikan kalian. Saya mengasihi Ibu dan Ayah. Tetapi kali ini kami benar-benar tidak bisa datang. Saya yakin semua yang sudah disiapkan, dapat tetap digunakan atau Ibu dapat menyimpannya untuk lain kali. Saya akan membicarakannya dengan Tina, dan melihat jadwal kami untuk menentukan kapan kita dapat berkumpul bersama lagi.
Kasus 4.
Berlibur dengan mertua dapat menimbulkan masalah. Sang menantu dapat dibuat jengkel dan pulang dengan kecewa setelah cukup lama bersama mertua. Salah satu pemecahan yang dapat dilakukan adalah mencari kegiatan lain yang menyenangkan, sementara pasangannya mengunjungi keluarganya seorang diri. Saran ini mungkin bertentangan dengan yang biasa diajarkan atau yang dianggap benar. Tetapi, jika tinggal cukup lama dengan mertua membuat hubungan tidak menjadi lebih baik dan tidak berdampak positif terhadap pernikahan, mungkin inilah satu-satunya jalan keluar. Saya tidak menyarankan Anda untuk tidak mengunjungi mertua Anda. Tetapi, banyak pasangan lebih nyaman bila tidak harus terlalu sering mengunjungi mertua.

Jalan keluar lainnya adalah dengan mempersingkat waktu berkunjung. Jika salah seorang ingin mengunjungi orang tuanya selama sebulan, sementara pasangannya merasa waktu itu terlalu lama, mereka dapat mengadakan kesepakatan. Ubahlah waktu berkunjung menjadi hanya 2 minggu. Mungkin ada baiknya bila Anda tidak selalu mengunjungi orang tua atau mertua setiap liburan. Hal ini akan menyulitkan Anda sendiri jika kelak ingin mengubahnya, atau jika ingin menikmati acara liburan yang lain.

Kasus 5.
Orang tua yang terus-menerus menghubungi anak-anak mereka yang sudah menikah, mengisyaratkan adanya kebutuhan tertentu dalam diri mereka: kesepian, mengontrol, kebutuhan untuk merasa dibutuhkan, dll.. Suami dan istri harus sepakat dalam mengatasi masalah ini. Mereka dapat menetapkan tujuan dan kemudian menyampaikan tujuan ini kepada sang ibu: "Bu, kami senang Ibu menelepon, tetapi sebetulnya tidak perlu setiap hari. Mengapa kita tidak mengatur jadwal kontak seperti ini: Jika kami butuh sesuatu atau ada yang penting, kami pasti menelepon Ibu. Kami ingin Ibu juga punya kesempatan untuk menjalin hubungan dengan orang lain, tidak hanya bergantung pada kami. Bukankah Ibu selalu mengundang kami makan malam bersama pada hari Minggu? Bagaimana kalau Ibu bertemu kami pada hari Minggu dan menelepon kami hanya pada hari Rabu? Dengan demikian kita tetap berhubungan secara teratur. Tetapi kalau ada hal yang sangat penting, Ibu dapat menelepon kami setiap saat."

Diringkas dari:
Judul asli buku: More Communication: Keys for Your Marriage
Judul buku terjemahan: Lanjutan Komunikasi: Kunci Pernikahan Bahagia
Judul bab: Orangtuaku, Orangtuamu, dan Kita
Penulis: H. Norman Wright
Penerjemah: Okdriati Handoyo
Penerbit: Yayasan Gloria, Yogyakarta 1998
Halaman: 210 -- 222

TANGGUNG JAWAB ANAK KEPADA ORANG TUA

Salah satu dari Sepuluh Hukum Tuhan adalah "Hormatilah ayahmu dan ibumu supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan Allahmu kepadamu." (Keluaran 20:12)

Sebenarnya apakah makna "hormat" di sini?
  1. Hormat berarti bersikap santun dan patuh terhadap orang tua. Di dalam hukum Taurat, tertera perintah yang mengharuskan orang Israel menjatuhkan sanksi berat (kematian) kepada anak yang mengutuki orang tuanya -- "Apabila ada seseorang yang mengutuki ayahnya atau ibunya, pastilah ia dihukum mati; ia telah mengutuki ayahnya atau ibunya, maka darahnya tertimpa kepadanya sendiri." (Imamat 20:9)
  2. Hormat berarti bertanggung jawab memelihara kelangsungan hidup orang tua. Tuhan Yesus menegur orang Yahudi, yang menyelewengkan perintah Tuhan akan persembahan atas dasar ketidakrelaan memenuhi kebutuhan orang tua (Matius 15:3-6). Juga, sebelum Tuhan Yesus mati di kayu salib, Ia meminta Yohanes untuk memelihara Maria, ibu-Nya (Yohanes 19:26-27). Semua ini memperlihatkan bahwa Tuhan menginginkan kita untuk bertanggung jawab memelihara kelangsungan hidup orang tua kita.

Namun, kita juga harus memahami batas hormat kepada orang tua, sebab perintah ini diberikan bukan tanpa batas.
  1. Kendati kita harus patuh kepada orang tua, namun kepatuhan kita tidak boleh melebihi kepatuhan kepada Tuhan sendiri. Firman Tuhan mengingatkan, "Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku." (Matius 10:37)
  2. Walaupun keluarga jasmaniah adalah penting, namun bagi Tuhan terpenting adalah keluarga rohaniah. Pada waktu Tuhan tengah mengajar, ibu dan saudara Tuhan Yesus datang mengunjungi-Nya. Tuhan menegaskan, "Siapakah ibu-Ku dan siapakah saudara-saudara-Ku? Sebab siapa pun yang melakukan kehendak bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku... dialah ibu-Ku." (Matius 12:46-50)
  3. Tanggung jawab kepada orang tua lebih bersifat fisik ketimbang emosional. Anak berkewajiban memelihara kelangsungan hidup orang tua ketika orang tua tidak lagi dapat memenuhi kebutuhannya. Namun, anak tidak berkewajiban membuat orang tua senang secara membabi buta; menyenangkan orang tua memunyai batasnya. Firman Tuhan mencatat, "Seorang lain, yaitu salah seorang murid-Nya berkata kepada-Nya, 'Tuhan, izinkanlah aku pergi terlebih dahulu menguburkan ayahku.' Tetapi Yesus berkata kepadanya, 'Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka'." (Matius 8:21-22)
  4. Setelah kita menikah, kita harus mengutamakan keluarga sendiri tanpa harus melepaskan tanggung jawab kita sebagai anak kepada orang tua. Itu sebabnya Tuhan berfirman, "Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging." (Kejadian 2:24) Harus ada sebuah tindak pemisahan dan prioritas, sehingga keluarga yang baru dapat berdiri dengan mandiri.
[Sama halnya dengan menghormati orang tua kita, kita pun semestinya menghormati mertua kita. Mereka adalah orang tua kita juga].

HUBUNGAN DENGAN KELUARGA PASANGAN

Apa utang saya kepada keluarga mertua? Itu adalah pertanyaan yang menarik. Cara lain untuk mengatakannya adalah "Sebagai menantu, apa yang diminta dari saya? Apa saja kewajiban-kewajiban saya, entah saya menyukainya atau tidak, yang berkaitan dengan orang tua pasangan (mertua) saya?"

Katakanlah begini, sepertinya ini bukanlah hubungan yang hangat atau santai. Sepertinya, mertua Anda merupakan beban dalam hidup Anda. Di satu sisi, Anda mungkin merasa terjebak antara mencoba menyenangkan mereka (atau mencoba untuk tidak menyinggung mereka), dan di sisi lain Anda hanya ingin menjadi diri sendiri atau ingin memiliki "ruang" untuk diri Anda sendiri.

Prinsip pertama yang berlaku di sini adalah, jika Anda orang Kristen, maka Anda perlu menunjukkan karakter Kristen dengan konsisten kepada mertua -- seperti yang Anda lakukan kepada orang lain. Tindakan Anda tidak mengabaikan kenyataan apakah mertua Anda orang yang "sulit", suka mengendalikan dan memanipulasi, memiliki disfungsi secara emosi atau mental, atau tidak seiman. Hal ini mungkin menjadi tantangan yang benar-benar sulit. Masalahnya adalah mereka bukan "orang lain". Mereka memunyai hubungan genetik, sejarah, dan dinamika psikologis yang kompleks dengan pasangan Anda.

Jika Anda memunyai perbedaan pendapat dengan mertua Anda, pasangan Anda akan merasa terjebak di antara orang tuanya dan Anda. Sementara itu, Anda sendiri memunyai kewajiban kepada mertua, pasangan, dan anak-anak, jika Anda sudah memunyai anak.

Ada pepatah kuno yang mengatakan, "Good fences make good neighbors" (pagar yang baik membuat hubungan dengan tetangga juga baik), artinya lebih baik mengurusi urusan keluarga sendiri. Terapkanlah hal ini, jika Anda merasa keluarga pasangan Anda telah mengganggu kehidupan pernikahan Anda. Bersama pasangan Anda, buatlah batasan-batasan yang masuk akal; beritahukanlah hal ini, agar keluarga mertua dengan tegas dan sopan menghormati batasan-batasan Anda dan pasangan Anda.

"Hormatilah" ayah dan ibumu (Keluaran 20:12) harus diperlihatkan kepada mereka dalam bentuk kesabaran, kebaikan, kelembutan, dan rasa hormat. Hal ini juga berlaku kepada mertua. Anda bahkan mungkin tidak menyukai mereka, tetapi Anda sebaiknya memilih untuk bertindak dengan sikap yang penuh kasih kepada mereka. Sebagai contoh, Anda memutuskan untuk mengikuti tradisi mereka mencari telur Paskah, meskipun sebenarnya Anda tidak mau anak-anak Anda mengira bahwa kelinci Paskah itu benar-benar nyata. Sebisa mungkin, cobalah untuk menikmati acara keluarga, bahkan jika Anda mengikutinya dengan tetap mengingatkan anak-anak tentang makna sebenarnya dari hari besar itu.

Ketika Anda menikah, Anda juga menjadi bagian dari keluarga lain dengan serangkaian harapan mereka. Anda perlu mengenali dan menghormatinya -- dalam batasan-batasan tertentu.

Apakah batasan-batasan itu? Berikut ini tiga hal yang bukan merupakan arti dari "menghormati mertua Anda".
  1. Menghormati mertua tidak berarti Anda harus mengubur semua perasaan, keinginan, kesenangan, dan kebutuhan Anda untuk "melakukan segala sesuatu sesuai cara mereka."
  2. Menghormati mertua tidak berarti Anda mengizinkan mereka untuk tidak menghormati, mengendalikan, atau memanipulasi Anda demi tujuan pribadi mereka.
  3. Menghormati mertua tidak mengharuskan Anda untuk "menaati" semua permintaan "orang tua" atau tuntutan mereka yang tidak masuk akal. Hal ini sering terjadi dalam beberapa kasus hubungan antara menantu dan mertua.
Terkadang tanggapan yang paling menunjukkan rasa hormat adalah mengatakan "tidak" dengan hati-hati tetapi tegas. Jika Anda membiarkan mertua Anda memecah belah, memanipulasi, atau mengendalikan Anda dengan diam-diam untuk menuruti permintaannya yang tidak masuk akal, emosional, dan tidak pantas, hal tersebut tidak menunjukkan kasih Kristen.

Konflik-konflik dengan mertua bertumbuh lebih rumit, ketika seorang pasangan lebih memihak kepada orang tuanya daripada pasangannya. Pasangan Anda mungkin merasa tidak berdaya atau "dikeroyok".

Masalah mertua sebenarnya tidak sebesar masalah pernikahan itu sendiri. Jika seorang pasangan masih bergantung pada orang tuanya, persoalan itu perlu dibicarakan secara langsung. Jika seorang pasangan menyalahkan mertua karena perselisihan yang mereka alami, hal ini juga perlu dibicarakan.

Jika Anda telah terlibat dalam perang dingin (atau cukup meledak-ledak) dengan mertua Anda -- dan mungkin juga dengan pasangan Anda -- tentang masalah yang rumit ini, jangan biarkan hal ini semakin menghancurkan pernikahan Anda. Lakukanlah hal-hal yang sehat dan carilah konselor Kristen

Menggapai Kebahagiaan Dalam Pernikahan


Hidup, cinta dan hubungan semuanya mengalami pasang surutnya masing-masing. Meskipun Anda berharap hidup dalam keutuhan dan bahagia, Anda sesekali mungkin merasakan kekosongan dan perasaan kehilangan. Anda dapat merasakan kebahagiaan sejati di dalam hidup dan hubungan Anda saat ini dengan enam langkah menggapai hubungan yang lebih bahagia.

Penerimaan
Sebelum Anda dapat benar-benar bahagia, Anda harus terlebih dahulu menerima keberadaan Anda di dalam kehidupan dan hubungan yang Anda jalani. Daripada memfokuskan diri pada hal-hal yang tidak Anda miliki saat ini, berfokuslah pada hal-hal yang dimiliki hubungan Anda saat ini dan pencapaian apa yang telah Anda raih untuk sampai di titik ini. Hanya setelah Anda menerima keberadaan dan posisi Anda saat ini, maka Anda bisa fokus kemana Anda ingin membawa hubungan ini dan langkah apa yang akan Anda ambil untuk mencapai hal itu. Yang terpenting adalah belajarlah untuk bahagia dengan diri Anda sendiri dan dimana Anda ada saat ini.

Belajar
Ingatlah selalu bahwa Anda tidak tahu segalanya dan selalu bersedia untuk belajar lebih banyak. Menjalani sebuah pernikahan membutuhkan usaha dan kepedulian. Tak peduli apakah Anda baru menikah maupun sudah merayakan ulang tahun pernikahan yang ke-50, Anda harus terus belajar “trik baru”. Teruslah belajar mengenai hal-hal baru dari pasangan Anda, hal-hal yang dapat membumbui hubungan pernikahan Anda, dan akan membawa lebih banyak kebahagiaan dan sukacita ke dalam pernikahan Anda.

Sederhanakan
Berusahalah untuk menyederhanakan hidup Anda. Kurangnya waktu dan kehadiran dapat mendatangkan tekanan dan ketegangan yang luar biasa di dalam suatu hubungan, maka kuncinya adalah dengan mengurangi hambatan demi hambatan. Evaluasi hidup Anda dalam hal tugas-tugas, biaya, atau hal lain yang menambah beban Anda dan menjauhkan Anda dari hubungan yang sehat. Sebaliknya, jadwalkan waktu setiap hari untuk diri sendiri. Sedikit waktu untuk diri sendiri dapat mempengaruhi semangat hidup Anda, membuat Anda lebih bahagia dalam hidup dan cinta. Tekanan finansial merupakan salah satu penyebab banyaknya jumlah perceraian hari-hari ini. Buatlah rencana untuk mengurangi beban keuangan seperti utang dan tagihan yang tidak penting. Tanpa adanya kekuatiran berlebih yang disebabkan ketidakstabilan keuangan, Anda akan merasa nyaman dan bahagia di dalam kehidupan dan di dalam hubungan pernikahan Anda.

Antisipasi
Setelah Anda bahagia dengan keberadaan Anda dan mulai mengupayakan masa depan yang lebih bahagia secara bersama-sama, mulailah untuk mengantisipasi dan mengharapkan masa depan tanpa menggantungkan kebahagiaan pada satu hal saja. Rangkullah harapan dan mimpi Anda dari penemuan baru akan kebahagiaan dan peganglah janji Firman Tuahn untuk terus melanjutkan kebahagiaan sepanjnag hidup Anda. Jika Anda berbahagia di dalam kehidupan Anda dan percaya kepada diri Anda serta kepada janji Firman Tuhan atas masa depan Anda, antisipasi kebahagiaan di masa depan akan menjadi kenyataan.

Menyebarkan Kebahagiaan
Di manapun Anda pergi sepanjang hidup Anda, teruslah menyebarkan kebahagiaan Anda, tidak hanya kepada pasangan Anda, tapi juga kepada teman-teman, keluarga dan orang asing sekalipun. Tidak diragukan lagi Anda pasti akan mengalami hari yang suram, namun sukacita dari suatu hubungan pernikahan adalah pasangan Anda akan selalu ada di sana untuk mengembalikan kebahagiaan itu. Saling tersenyumlah satu sama lain. Tertawa bersama. Sebarkan sukacita. Setelah Anda menyebarkan kebahagiaan satu sama lain, mulailah bergerak keluar. Tersenyumlah pada mereka yang sepertinya sedang down. Peluklah mereka yang sedang menangis. Sapalah orang asing yang berpapasan dengan Anda di trotoar. Semakin banyak kebahagiaan yang Anda bagikan, pada akhirnya Anda akan merasa lebih berbahagia.

Bersyukur

Bersyukurlah selalu atas siapa diri Anda dan apa yang Anda miliki di dalam kehidupan. Pastikan agar pasangan Anda tahu betapa bersyukurnya Anda atas kehadirannya di dalam keidupan Anda. Luagkan waktu sejenak untuk berterima kasih kepadanya atas apa yang dilakukannya bagi Anda. Berterima kasihlah atas cinta kasihnya. Bersyukurkah untuk hal-hal kecil yang seringkali Anda abaikan. Bersyukurlah untuk masa-masa sulit dan kekuatan untuk saling menopang selama melalui masa-masa itu. Peluklah satu sama lain dan bersyukurlah bahwa Anda memiliki saat ini untuk bersyukur bersama-sama.

Hubungan Mertua dan Menantu

Ada seseorang yang pernah berdoa demikian, "Tuhan, berikanlah aku seorang suami. Namun tolong agar suamiku itu sudah tidak punya orang tua lagi." Mengapa berdoa demikian? Orang itu menjawab, "Karena saya sering menjumpai banyak keluarga yang mertuanya bersikap bukan sebagai penolong, tetapi perongrong." Memang, sering terjadi masalah antara mertua dengan menantu, khususnya antara mertua perempuan dengan menantu perempuannya.
Para menantu sering kali berpikir, bagaimana caranya membuat sang mertua bersikap baik kepada mereka. Jangan lupa, para mertua juga memunyai kerinduan yang sama, yakni bagaimana membuat sang menantu menghormati dan menyayangi mereka.
Namun sebenarnya untuk menjadikan sang mertua atau sang menantu bersikap baik terhadap Anda, hal itu banyak bergantung pada sikap Anda sendiri. Benarlah yang dikatakan oleh sebagian orang, "Sebelum engkau bisa mengubah sikap orang lain terhadap dirimu, ubahlah lebih dahulu sikapmu sendiri terhadap orang lain."
Kisah Naomi dan Rut di dalam kitab Rut adalah contoh yang baik bagi hubungan antara mertua dengan menantu. Mari kita pelajari berikut ini:
  1. Naomi menjalani training iman dan kepribadian. Naomi berarti kenikmatan. Namun fakta hidupnya ternyata pahit. Ia dan keluarganya harus mengungsi ke negeri Moab karena kelaparan terjadi di Israel. Selama sepuluh tahun, mereka tinggal di Moab. Dan Naomi mengalami hal yang lebih pahit lagi, yakni di tempat pengungsian, suami dan kedua anak laki-lakinya meninggal dunia dalam usia yang relatif muda, tanpa sempat memberikan cucu kepadanya. Namun, kepahitan itu tidaklah membuat Naomi lemah iman dan mengutuki Tuhan. Banyak kesulitan malah membentuk pribadi dan imannya sehingga lebih mantap. Berkaitan dengan kesulitan, ada dua macam kepribadian. Ada yang seperti telur, ada pula yang seperti bola tenis. Permukaan telur halus, tidak seperti bola tenis yang kasar. Tetapi telur sangat mudah pecah apabila terbentur dengan benda keras. Sebagian orang memiliki kepribadian seperti telur yang sangat rentan terhadap benturan. Sedikit tersinggung, dia sudah sakit hati. Sediki t kesulitan menimpa, dia sudah putus asa. Tetapi, bola tenis berbeda. Jangankan terbentur, dilempar pun tidak apa-apa. Semakin keras lemparannya, semakin keras pula mentalnya. Kepribadian orang seperti ini tidak mudah "pecah" dan frustrasi.
  2. Naomi bersikap manis terhadap kedua menantunya. Kehilangan kedua anak lelaki tidaklah membuat Naomi menyalahkan kedua menantunya dengan menyangka mereka telah berbuat yang tidak pantas kepada suami mereka. Tidak pernah keluar perkataan tuduhan dari Naomi kepada kedua menantunya, "Orpa dan Rut, karena kalian tidak bisa mengurus suami, maka anak-anakku harus mati dalam usia muda." Jikalau Naomi tidak bersikap baik terhadap kedua menantunya, mana mungkin mereka mau mengikuti dia pulang ke negeri Israel, padahal mereka berasal dari bangsa Moab. "Tidak, kami ikut dengan engkau pulang kepada bangsamu," demikianlah kata Orpa dan Rut (Rut 1:10). Untuk kedua kalinya, Naomi menyuruh mereka pulang ke rumah, dan dengan berat hati, disertai dengan tangisan, Orpa mohon pamit kepada mertuanya itu, namun Rut tetap bertekad untuk menemani Naomi dengan berkata, "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam; bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku." (Rut 1:14-16).
  3. Naomi menganggap kedua menantunya sama seperti anaknya sendiri. Inilah yang menjadi penyebab mengapa ia bisa bersikap manis terhadap sang menantu. Naomi memanggil mereka dengan "anak- anakku" (Rut 1:11-13). Mereka bukanlah "orang luar" yang patut dicurigai. Tidak ada seorang pun yang senang dicurigai. Apabila sang mertua selaiu mencurigai menantunya, maka hal itu akan menyebabkan kesusahan di dalam hati para menantunya.
  4. Naomi berhasil menyaksikan imannya kepada menantunya (Rut 1:16-17). Sikap hidupnya yang baik memudahkannya untuk bersaksi kepada Rut, yang pada mulanya adalah orang kafir. Hasilnya, Rut menjadi percaya kepada Allah Yahweh. Dia dapat berkata, "Tuhanmu adalah Tuhanku, Allahmu adalah Allahku."
  5. Naomi tidak memaksakan kehendak kepada menantunya. Dia menyadari kebutuhan Rut yang masih muda. Dia memberi kebebasan kepada Rut untuk memilih, apakah akan ikut dengan dia atau pulang ke negerinya sendiri. Hal memaksakan kehendak sering kali menjadi masalah. Ada sebagian mertua karena merasa diri cukup kaya, berjasa, dan berpengalaman, berusaha memaksakan kehendak kepada anak-anak dan menantu mereka. Cara yang pernah dipakai orang tua pada masa lalu tidak selalu cocok/efektif pada zaman sekarang ini. Misalnya, ada seorang mertua yang mau memakaikan pakaian tebal kepada cucunya yang sedang menderita demam. Namun, hal itu ditentang oleh menantu perempuannya. Karena berdasarkan nasihat sang dokter anak, baju yang terlalu tebal akan menyulitkan udara untuk keluar, akibatnya panas badan sang bayi sulit turun. Namun, sang mertua tidak memaksakan kehendaknya, melainkan memberikan kebebasan kepada ibu dari bayi itu untuk merawat dengan caranya sendiri yang juga ba ik.
  6. Naomi memikirkan kebaikan menantunya. Dia menyadari bahwa Rut masih muda dan membutuhkan seorang suami yang bisa menjadi sandaran hidupnya. Naomi mencarikan suami bagi menantunya yang telah menjadi janda. Hal ini sangat jarang terjadi! Banyak mertua malah berkata demikian, "Enak saja, anakku sudah mati, sekarang menantuku itu malah mencari jodoh baru. Aku sudah jadi janda, biarlah menantuku menjadi janda juga." Naomi tidaklah bersikap demikian. Dia memikirkan kebaikan menantunya. Naomi bukan saja menunjukkan "jalan", tetapi dia juga mengajari Rut langkah- langkah yang perlu dilakukan untuk dapat memikat hati Boas (Rut 3:1-5). Naomi menasihati Rut agar ia berdandan rapi, mandi, berurap, dan berpakaian baru. Karena kemiskinan, Rut menjadi seorang wanita yang sangat bersahaja; mungkin ia kurang memerhatikan penampilan, akibatnya dia nampak lebih tua daripada usia yang sebenarnya. Naomi yang mengetahui kelemahan Rut itu tidak menyoroti dan menjelek-jelekkannya di depan orang lain, malah ia mengajari agar Rut terlihat lebih cantik. Hasilnya adalah Rut dipersunting oleh Boas, pengusaha besar itu. Buah dari pernikahan mereka adalah lahirlah anak yang bernama: Obed (artinya: ibadah). Dari Obed, lahirlah Isai yang menjadi ayah dari Raja Daud. Mereka menjadi nenek moyang dari manusia Yesus.
Selain teladan Naomi, kita juga perlu melihat diri Rut yang memberikan teladan hidup yang baik sebagai seorang menantu.
  1. Ia menganggap mertua sebagai orang tuanya sendiri yang perlu ditemani, dirawat, dan dikasihi. Perhatikanlah perkataan Rut kepada Naomi, "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi daripada itu, jikalau sesuatu apapun memisahkan aku dari engkau, selain daripada maut!" (Rut 1:16-17). Sikap Rut yang demikian manis kepada mertuanya itu diketahui dan dipuji-puji oleh banyak orang, termasuk oleh Boas (Rut 2:11).
  2. Rut tidaklah bersifat materialistis. Kesetiaannya kepada Naomi bukanlah disebabkan mertuanya itu seorang yang kaya, tetapi sebaliknya, Naomi telah jatuh miskin. Naomi sendiri berkata kepada penduduk Betlehem, "Dengan tangan penuh aku pergi, tetapi dengan tangan kosong TUHAN memulangkan aku." (Rut 1:21a).
  3. Rut menjadi seorang menantu yang rajin dan berinisiatif untuk bekerja. Dia tidak menjadi seorang pemurung yang hanya menyesali kemalangan nasibnya. Tanpa disuruh, ia memohon izin kepada mertuanya untuk bekerja, "Biarkanlah aku pergi ke ladang memungut bulir-bulir jelai di belakang orang yang murah hati kepadaku." (Rut 2:2a). Dengan rajinnya Rut terus sibuk bekerja dari pagi sampai siang tanpa berhenti (Rut 2:7b).
  4. Rut mau mendengar nasihat mertuanya. Sebagai seorang pendatang dari bangsa Moab, pastilah Rut kurang memahami adat istiadat orang Yahudi. Oleh karena itu, Naomi banyak membimbingnya, khususnya pada waktu ia mencari seorang penebusnya, yakni Boas. Respons Rut terhadap nasihat Naomi adalah: "Segala yang engkau katakan itu akan kulakukan." (Rut 3:5).
Jadi kesimpulannya: Naomi dan Rut saling mengasihi, memerhatikan, dan saling baik. Alhasil, terciptalah hubungan yang begitu indah di antara sang mertua perempuan dengan menantunya. Hubungan Anda pun bisa demikian. Kuncinya adalah usaha bersama dan mohon pertolongan dari Roh Kudus. Amin.

Sumber :
Halaman : 78 -- 84
Judul Buku : Hanya Maut yang Memisahkan Kita
Pengarang : Pdt. Roby Setiawan, Th.D.
Penerbit : Setiawan Literature Ministry
Kota : Semarang
Tahun :2007