Pembacaan Ayat : Mazmur 119:9
Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu.
Dewasa ini, pemberitaan
tentang kemerosotan moralitas para pemuda semakin gencar dibicarakan khalayak
umum. Dari gaya bicaranya, gaya hidupnya yang glamour, kekerasannya,
menjadi seorang penipu, dan kebebasan seksualitasnya.
Semua itu mencerminkan
kelemahan mentalitas kaum muda yang kurang sekali menghargai dirinya sendiri.
Akan dibawa kemanakah jika seorang muda memiliki mental seperti di atas? Apakah
yang menyebabkan hal itu terjadi? Siapakah yang bertanggung jawab? Dan
bagaimanakah seharusnya kaum muda dapat mempertahankan kesucian hidupnya?
Dalam dosa berpacaran persetubuhan
pertama yang disertai dengan perasaan berdosa ini biasanya sangat
mengecewakan. Mungkin mereka melakukannya dengan tidak bebas, takut
dilihat orang, dan disertai dengan rasa bersalah. Semestinya hubungan
seks itu dilakukan dengan santai untuk dinikmati, karena seks adalah
ciptaan Allah yang harus dilakukan dengan kesucian dan kemurnian hati.
Ada 2 akibat dari dosa tersebut, yaitu:
A. Akibat Langsung bagi si Gadis
Peristiwa
pertama disertai dengan rasa sakit, bukan hanya takut, cemas, atau rasa
berdosa. Bagi seorang istri yang ingin sungguh-sungguh menikmati seks,
biasanya ada waktu untuk penyesuaian. Si Gadis yang kini sudah tidak
perawan lagi itu pulang dengan rasa takut, cemas, mungkin menangis dan
mulai membenci pacarnya. Sebelumnya, pacarnya dianggap sebagai pria
idamannya, namun sekarang semua telah berubah. Gambaran di atas
menggambarkan perubahan perasaannya. Sebelum dosa persetubuhan
dilakukan, ia sangat mencintai pacarnya - meskipun sebagian besar dengan
cinta eros. Setelah perbuatan dosa itu, cintanya berkurang - bahkan
mulai membenci - atau menjadi lebih banyak bencinya daripada cinta yang
semula.
Apa yang digambarkan di novel-novel murahan dan tidak
realistis itu justru menceritakan cintanya pada pacarnya akan menjadi
menggebu-gebu. Perubahan ini juga bisa dialami oleh pria. Alkitab
sebagai buku yang realistis menggambarkan hal ini juga (tidak berarti si
Pria meninggalkan si Gadis karena muak dan benci, karena hal itu mutlak
akan terjadi). Ada di dalam kitab 2 Samuel 13:1-17.
B. Akibat Jangka Panjang
Ada dua kemungkinan kelanjutan dari perbuatan dosa itu, yaitu:
1. Hubungan mereka putus.
Karena
kehilangan penghargaan dan timbul kebencian terhadap pacar, kemungkinan
hubungan mereka akan putus. Kemungkinan ini lebih besar lagi apabila
mereka masih remaja. Lalu, jika hubungan itu putus, siapa yang akan rugi
besar? Tentunya si Gadis. Dan si Pria merasa untung, pergi tertawa dan
bersiul-siul mencari teman baru. Kalaupun ia menyesal dan tidak
tertawa-tawa, tidak ada 'bekas' padanya secara fisik yang merugikan
hubungannya dengan teman wanitanya yang lain.
2. Hubungan yang dilanjutkan sampai menikah.
Perbuatan
dosa pada masa lalu ini akan sangat merugikan si Gadis dan hubungannya
dengan pria lain di masa nanti. Maka timbullah pertanyaan, "Apakah ia
harus memberitahu kepada calon suaminya?" Memang pada abad ke-20 ini,
pria-pria kita masih mengikuti standar ganda masyarakat. Harga diri pria
memang rapuh, mudah retak. Ia perlu yang terbaik. Pikirannya kelak akan
dihantui bahwa istrinya 'bekas' orang lain. Memang agak
kekanak-kanakkan, tapi banyak pria yang tidak dapat melupakan hal itu.
Sungguh-sungguh
memerlukan seorang yang benar-benar dewasa kepribadiannya untuk
mengatasi shock dan kecewanya. Perlu juga pria yang rela mengampuni dan
dapat melupakan masa lalu tunangannya. Jika sang Pria, tidak dengan
kedewasaan Kristus, menerima si gadis 'bekas' namun tetap memaksakan
diri untuk menikahinya (entah karena ia cantik, kaya, penting untuk
karirnya, atau gengsi - 'Bukankah saya orang Kristen, jadi harus
menerimanya?'), akibatnya akan tampak setelah mereka menikah. Ia tidak
akan menghargai dan memiliki respek terhadap istrinya. Ia akan
menggunakan masa lampau istrinya sebagai senjata untuk 'mengalahkan'
istrinya.
Lebih baik tidak usah menikah, daripada menikah tapi tidak
dihargai. Pernikahan seperti ini kemungkinan besar akan diracuni oleh
perbuatan dosa masa lalu itu. Akibatnya mereka tidak saling mempercayai
secara penuh dan ada rasa cemburu. Apabila mereka bertengkar, dosa masa
lampau itu juga akan mewarnai dan mempertajam perselisihan itu.
Dalam
situasi pernikahan yang parah seperti ini, mereka sangat memerlukan
konseling yang dalam. Mereka patut meminta ampun untuk dosa-dosa mereka
kepada ALLAH dan pada partnernya. Mereka perlu saling mengampuni,
melupakan dosa itu dan menerimanya partnernya sebagaimana adanya. Mereka
membutuhkan kasih Ilahi yang dewasa. Tentunya tidak semua pernikahan
yang dimulai dengan dosa persetubuhan sebelum menikah berakhir seperti
ini, tapi sangat lebih baik mencegah hal-hal tersebut di atas, supaya
muda-mudi itu memasuki pernikahan dengan hati yang cerah dan kasih yang
tidak dicemari ketidakpercayaan dan perasaan suci.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar