Sabtu, 19 Oktober 2013

Apa kata Alkitab Mengenai Perceraian dan Pernikahan Kembali?

Apapun pandangan / pendapat kita mengenai perceraian, adalah penting untuk mengingat kata-kata Alkitab dalam Maleakhi 2:16a: “Sebab Aku membenci perceraian, firman TUHAN, Allah Israel.”


Menurut Alkitab, kehendak Allah adalah pernikahan sebagai komimen seumur hidup.

“Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia” (Matius 19:6).


Meskipun demikian, Allah menyadari bahwa karena pernikahan melibatkan dua manusia yang berdosa, perceraian akan terjadi.

Dalam Perjanjian Lama Tuhan menetapkan beberapa hukum untuk melindungi hak-hak dari orang yang bercerai, khususnya wanita (Ulangan 24:1-4). Yesus menunjukkan bahwa hukum-hukum ini diberikan karena ketegaran hati manusia, bukan karena rencana Tuhan (Matius 19:8).


Kontroversi mengenai apakah perceraian dan pernikahan kembali diizinkan oleh Alkitab berkisar pada kata-kata Yesus dalam Matius 5:32 dan 19:9. Frasa “kecuali karena zinah” adalah satu-satunya alasan dalam Alkitab di mana Tuhan memberikan izin untuk perceraian dan pernikahan kembali.

Banyak penafsir Alkitab yang memahami “klausa pengecualian” ini sebagai merujuk pada “perzinahan” yang terjadi pada masa “pertunangan.”


Dalam tradisi Yahudi, laki-laki dan perempuan dianggap sudah menikah walaupun mereka masih “bertunangan.” Percabulan dalam masa “pertunangan” ini dapat merupakan satu-satunya alasan untuk bercerai.

Namun demikian, kata Bahasa Yunani yang diterjemahkan “perzinahan” bisa berarti bermacam bentuk percabulan.

Kata ini bisa berarti perzinahan, pelacuran dan penyelewengan seks, dll. Yesus mungkin mengatakan bahwa perceraian diperbolehkan kalau terjadi perzinahan.


Hubungan seksual adalah merupakan bagian integral dari ikatan penikahan, “keduanya menjadi satu daging” (Kejadian 2:24; Matius 19:5; Efesus 5:31). Oleh sebab itu, memutuskan ikatan itu melalui hubungan seks di luar pernikahan dapat menjadi alasan untuk bercerai.

Jika demikian, dalam ayat ini, Yesus juga memikirkan tentang pernikahan kembali. Frasa “kawin dengan perempuan lain” (Matius 19:9) mengindikasikan bahwa perceraian dan pernikahan kembali diizinkan dalam kerangka klausa pengecualian, bagaimanapun itu ditafsirkan.


Penting untuk diperhatikan bahwa hanya pasangan yang tidak bersalah yang diizinkan untuk menikah kembali. Meskipun tidak disebutkan dalam ayat tsb, izin untuk menikah kembali setelah perceraian adalah kemurahan Tuhan kepada pasangan yang tidak bersalah, bukan kepada pasangan yang berbuat zinah.

Mungkin saja ada contoh-contoh di mana “pihak yang bersalah” diizinkan untuk menikah kembali, namun konsep tsb tidak ditemukan dalam ayat ini.


Sebagian orang memahami 1 Korintus 7:15 sebagai “pengecualian” lainnya, di mana pernikahan kembali diizinkan jikalau pasangan yang belum percaya menceraikan pasangan yang percaya.

Namun demikian, konteks ayat ini tidak menyinggung soal pernikahan kembali dan hanya mengatakan bahwa orang percaya tidak terikat dalam pernikahan kalau pasangan yang belum percaya mau bercerai.

Orang-orang lainnya mengklaim bahwa perlakuan sewenang-wenang (terhadap pasangan yang satu atau terhadap anak) adalah alasan yang sah untuk bercerai sekalipun Alkitab tidak mencantumkan hal itu. Walaupun ini mungkin saja, namun tidaklah pantas untuk menebak Firman Tuhan.


Kadang-kadang hal yang dilupakan dalam perdebatan mengenai klausa pengecualian adalah kenyataan bahwa apapun jenis penyelewengan dalam pernikahan, itu hanyalah merupakan izin untuk bercerai dan bukan keharusan untuk bercerai.

Bahkan ketika terjadi perzinahan, dengan anugrah Tuhan, pasangan yang satu dapat mengampuni dan membangun kembali pernikahan mereka.

Tuhan telah terlebih dahulu mengampuni banyak dosa-dosa kita. Kita tentu dapat mengikuti teladanNya dan mengampuni dosa perzinahan (Efesus 4:32). Namun, dalam banyak kasus, pasangan yang bersalah tidak bertobat dan terus hidup dalam percabulan.


Di sinilah kemungkinanan Matius 19:9 dapat diterapkan. Demikian pula banyak yang terlalu cepat menikah kembali setelah bercerai padahal Tuhan mungkin menghendaki mereka untuk tetap melajang. Kadang-kadang Tuhan memanggil orang untuk melajang supaya perhatian mereka tidak terbagi-bagi (1 Korintus 7:32-35). Menikah kembali setelah bercerai mungkin merupakan pilihan dalam keadaan-keadaan tertentu, namun tidak selalu merupakan satu-satunya pilihan.


Adalah menyedihkan bahwa tingkat perceraian di kalangan orang-orang yang mengaku Kristen hampir sama tingginya dengan orang-orang yang tidak percaya.

Alkitab sangat jelas bahwa Allah membenci perceraian (Maleakhi 2:16) dan bahwa pengampunan dan rekonsiliasi seharusnya menjadi tanda-tanda kehidupan orang percaya (Lukas 11:4; Efesus 4:32).

Tuhan mengetahui bahwa perceraian dapat terjadi, bahkan di antara anak-anakNya. Orang percaya yang bercerai dan/atau menikah kembali jangan merasa kurang dikasihi oleh Tuhan bahkan sekalipun perceraian dan pernikahan kembali tidak tercakup dalam kemungkinan klausa pengecualian dari Matius 19:9. Tuhan sering kali menggunakan bahwa ketidaktaatan orang-orang Kristen untuk mencapai hal-hal yang baik.

Jumat, 11 Oktober 2013

JANGAN ADA KATA CERAI

SUAMI :
1. Berfungsi menjadi pemimpin dengan baik.
2. Menjadikan Istri nomor satu dalam hidupnya.
3. Mengontrol emosi dan kebiasaan buruk.
4. Memuji hal-hal kecil dari Istri.
5. Menerima pendapat Istri.
6. Berani minta maaf.
ISTRI :
1. Menghargai Suami sebagai otoritas.
2. Menundukan diri kepada Suami.
3. Menampilkan kecakapan manusia batiniah.
4. Menunjukan rasa syukur kepada Suami.
Kebutuhan Seorang Suami :
1. Istri sebagai sahabat.
2. Rumah yang rapi.
3. Istri yang menarik
4. Saling menghargai.
Kebutuhan Seorang Istri :
1. Kasih dan penghargaan.
2. Diajak bicara.
3. Jujur dan terbuka.
4. Komitmen terhadap keluarga.
Ingat .......
  • Kepala keluarga yang berhasil dalam keluarga maka keberhasilan yang lain akan mengikuti.
  • Kepala keluarga yang gagal dalam keluarga maka kegagalan lain akan mengikuti.
  • Kebahagiaan perkawinan membutuhkan perjuangan yang tidak kenal lelah, dan membutuhkan kehadiran dan pertolongan Tuhan.
  • Berbahagialah mereka yang benar-benar menikmati hidup rumah tangga yang rukun dan damai, meskipun itu harus diperoleh dengan cucuran air mata.
  • Belaian tangan suami adalah emas bagi istri.
  • Senyum manis sang istri adalah permata bagi suami.
  • Kesetiaan suami adalah mahkota bagi istri.
  • Keceriaan istri adalah sabuk di pinggang suami.
  • Perbaikilah apa yang bisa diperbaiki sekarang sebelum terlambat. Cintailah pasangan yang telah Tuhan pilih untukmu 
TUHAN akan memberkahi Pernikahanmu..
Bagi yang belum Menikah mari kita berbagi, ini bisa menjadi bekal kelak bila anda menghadapi hidup Pernikahan.
 

Selasa, 08 Oktober 2013

Menyelamatkan Pernikahan Kristen dari Perceraian

Tidak dapat disangkal bahwa mempertahankan sesuatu itu lebih sulit dibandingkan dengan mendapatkannya. Rupanya, hal ini juga berlaku dalam pernikahan. Untuk melangkah menuju pernikahan mungkin bisa dikatakan lebih mudah ketimbang mempertahankan pernikahan yang sudah terbentuk. Ada banyak tantangan dan ujian yang terus mendera pernikahan sehingga banyak pernikahan yang akhirnya kandas karena tidak memiliki fondasi yang kuat. Untuk mencegah pecahnya pernikahan yang berujung pada perceraian, masing-masing kita harus duduk bersama dengan pasangan dan berbicara dari hati ke hati.

SEPULUH HAL YANG HARUS ANDA KETAHUI
Ini menyedihkan, tetapi nyata. Kita semua telah dipengaruhi oleh perceraian, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Akhir-akhir ini, ada sebuah pernyataan, "Meskipun mungkin mengkhawatirkan untuk mendapati bahwa orang Kristen yang telah lahir baru lebih cenderung mengalami perceraian daripada orang lain, namun pola ini sudah ada sejak beberapa waktu. Yang lebih mengganggu lagi, mungkin, adalah ketika orang-orang tersebut mengalami perceraian, banyak dari mereka merasa bahwa komunitas orang percaya yang mereka miliki cenderung lebih memberikan penolakan daripada dukungan dan penyembuhan. Akan tetapi, penelitian juga memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan efektivitas pelayanan gereja terhadap keluarga. Tanggung jawab utama sebuah pernikahan adalah milik suami dan istri, tetapi tingginya kasus perceraian dalam komunitas Kristen memunculkan gagasan supaya gereja memberikan dukungan yang benar-benar praktis dan mengubah hidup kepada pernikahan."

Ingatlah sikap Allah tentang perceraian "Aku membenci perceraian" (Maleakhi 2:16). Saya berdoa agar tak seorang pun dari kita menganggap perceraian sebagai sifat sembrono atau tak acuh. Meskipun ada beberapa konsep atau prinsip penting yang dapat membantu mencegah pernikahan Kristen memasuki sidang pengadilan perceraian, di bawah ini adalah 10 prinsip yang saya percaya sangat bermanfaat:

1.  Buatlah komitmen yang tulus untuk hidup bagi Yesus Kristus. Dengan memiliki hubungan pribadi dengan Yesus Kristus, setidaknya ada tiga kesempatan penting yang langsung tersedia bagi Anda. Kesempatan itu antara lain:

  • Hubungan pribadi dengan Yesus Kristus memberi Anda pengertian mendasar tentang apa yang benar dan yang salah.
  • Hubungan pribadi dengan Yesus Kristus memberi Anda penghiburan pada waktu berduka atau ketika Anda merasa sedih.
  • Hubungan pribadi dengan Yesus Kristus dapat menolong mengarahkan hidup Anda yang berada di sudut dan membimbing Anda melewati sisi-sisi yang gelap.

2.   Komitmen pada pernikahan yang berpusat pada Kristus. Pernikahan yang berpusat pada Kristus paling tidak memperlihatkan tiga perilaku:

  • Pernikahan yang berpusat pada Kristus membuktikan kesabaran pada masa-masa stres dan penuh tantangan.
  • Pernikahan yang berpusat pada Kristus berjalan dengan hati yang penuh pengampunan, dan masing-masing pihak dapat melakukan sesuatu bagi pasangannya, yang hanya bermanfaat bagi pasangan itu saja.
  • Pernikahan yang berpusat pada Kristus itu tidak cepat marah dan memberi respons terhadap emosi tanpa keinginan untuk membalas dendam.
3.  Pernikahan Kristen menerima "apa pun keputusan yang ada". Pernikahan Kristen yang berusaha keras untuk mencegah perceraian memiliki hati Daniel dan setidaknya menunjukkan 3 perilaku:
  • Pernikahan Kristen menerima "apa pun keputusan yang ada" dengan menyatakan bahwa mereka bersedia melakukan apa saja untuk mencegah terjadinya perceraian.
  • Pernikahan Kristen menerima "apa pun keputusan yang ada" dan, seperti Daniel, menunjukkan keberanian dalam menghadapi kesulitan dan perselisihan pernikahan.
  • Pernikahan Kristen menerima "apa pun keputusan yang ada" seperti Daniel, dengan bertekun dalam "kondisi dan respons hati yang benar" -- ketika diuji untuk membuat keputusan yang mudah, tetapi salah tentang pernikahan, daripada keputusan yang sulit, tetapi benar.
4.   Pernikahan Kristen membuang kata 'perceraian' dari kamus mereka. Pernikahan Kristen yang berjuang keras untuk mencegah perceraian memahami bahwa menggunakan kata 'cerai' dalam pernikahan dapat mendorong mereka menuju pengadilan perceraian, paling tidak dengan 3 cara:
  • Pernikahan Kristen memahami bahwa "Hidup dan mati dikuasai lidah" (Amsal 10:18-21 dan Yakobus 3:6).
  • Pernikahan Kristen memahami bahwa selama Anda membicarakan tentang perceraian, maka perceraian akan menjadi sebuah pilihan.
  • Pernikahan Kristen memahami bahwa ketika perbedaan pendapat meningkat, kita cenderung berada pada jalur yang lebih sedikit melawan. Itulah sebabnya, jika kita memikirkan tentang perceraian atau menyebut-nyebutnya, perceraian hanya akan mendapatkan sedikit perlawanan dari kita.
5.  Pernikahan Kristen yang tidak bercerai mengerti bahwa pasangan mereka tidak dapat memenuhi semua kebutuhan mereka. Pernikahan yang berpusat pada Kristus, yang menjauh dari perceraian, mengerti bahwa hanya Allah saja Pemenuh utama kebutuhan mereka, dalam 3 cara:
  • Pernikahan Kristen memahami bahwa Allah yang memberi kita perlindungan dan tujuan dalam hidup.
  • Pernikahan Kristen memahami bahwa Allah memenuhi kebutuhan fisik Anda dan memuaskan rasa lapar Anda akan kasih.
  • Pernikahan Kristen memahami bahwa meskipun perkembangan masa kanak-kanak mereka mungkin tidak terpenuhi (nyata atau tidak nyata), mereka tidak boleh mengharapkan pasangan mereka untuk memenuhi kebutuhan yang belum terpenuhi itu.
6.  Pernikahan Kristen yang tidak bercerai berjalan dengan hati yang mau mengampuni. Pernikahan ini menunjukkan pengampunan, setidaknya dengan 3 cara:
  • Pernikahan Kristen memahami bahwa pengampunan dimulai sebagai pilihan hati dan tindakan dari kehendak bebas.
  • Pernikahan Kristen memahami bahwa berjalan dalam pengampunan merupakan proses sehari-hari.
  • Pernikahan Kristen berjalan dalam pengampunan dan menjauh dari perselisihan dengan tidak menyerang kepribadian pasangan atau melukai mereka.
7.  Pernikahan Kristen yang tidak ingin bercerai tentu berhati-hati sehingga tidak melakukan penyerangan pribadi terhadap pasangan, dan mereka mengerti bahwa:
  • Pernikahan Kristen mengerti pentingnya penggunaan hikmat ketika menegur pasangan mereka, khususnya pada masa-masa frustrasi.
  • Pernikahan Kristen mengerti bahwa menyerang pasangan hanya akan "meninggikan situasi".
  • Pernikahan Kristen memahami bahwa menggunakan kata-kata kasar atau melebih-lebihkan situasi hanya akan menurunkan kesempatan untuk menyelesaikan konflik.
8.  Pernikahan Kristen yang mencegah terjadinya perceraian dalam pernikahan mereka mengerti bahwa pasangan mereka adalah penolong mereka, bukan musuh mereka. Dengan demikian,
  • Pernikahan Kristen memahami bahwa ketika mereka berbicara kasar tentang pasangan mereka, pasangan mereka menjadi musuh mereka.
  • Pernikahan Kristen memahami bahwa pernikahan bisa menjadi sesuatu yang paling dekat dengan surga (penolong) atau sesuatu yang paling dekat dengan neraka (musuh).
  • Pernikahan Kristen memahami bahwa memiliki harapan yang salah terhadap pasangan mereka, dapat mendorong pasangan mereka untuk menjadi musuh ketika harapan-harapan mereka tidak terpenuhi.
9.  Pernikahan Kristen yang tidak bercerai memahami kuasa pujian dan doa, khususnya doa syafaat bagi pasangan mereka. Mereka mengerti bahwa definisi doa syafaat dapat dikatakan sebagai berikut:
  • Pernikahan Kristen memahami bahwa Yesus Kristus yang duduk di sebelah kanan Allah bersyafaat bagi kita.
  • Pernikahan Kristen memahami pentingnya mendoakan pasangan mereka (bersyafaat).
  • Pernikahan Kristen memahami pentingnya menjadi mediator antara Allah dan pasangan mereka (bersyafaat).
10. Pernikahan Kristen yang menghindar dari perceraian memahami bahwa nasihat sangat berguna, khususnya ketika konflik atau pendirian begitu menantang. Itulah sebabnya:
  • Pernikahan Kristen akan bersedia menolong orang lain dengan sukarela (Galatia 2:1-2).
  • Pernikahan Kristen akan mencari bantuan dari para ahli atau orang-orang yang memiliki kepemimpinan (Galatia 2:2-9).
  • Pernikahan Kristen memahami bahwa semua kebenaran adalah milik Allah (Yohanes 14:6)