Minggu, 04 Desember 2011

Akibat Dosa Dalam Berpacaran


Pembacaan Ayat : Mazmur 119:9 
Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu.

Dewasa ini, pemberitaan tentang kemerosotan moralitas para pemuda semakin gencar dibicarakan khalayak umum. Dari gaya bicaranya, gaya hidupnya yang glamour, kekerasannya, menjadi seorang penipu, dan kebebasan seksualitasnya. 
Semua itu mencerminkan kelemahan mentalitas kaum muda yang kurang sekali menghargai dirinya sendiri. Akan dibawa kemanakah jika seorang muda memiliki mental seperti di atas? Apakah yang menyebabkan hal itu terjadi? Siapakah yang bertanggung jawab? Dan bagaimanakah seharusnya kaum muda dapat mempertahankan kesucian hidupnya?

Dalam dosa berpacaran persetubuhan pertama yang disertai dengan perasaan berdosa ini biasanya sangat mengecewakan. Mungkin mereka melakukannya dengan tidak bebas, takut dilihat orang, dan disertai dengan rasa bersalah. Semestinya hubungan seks itu dilakukan dengan santai untuk dinikmati, karena seks adalah ciptaan Allah yang harus dilakukan dengan kesucian dan kemurnian hati.

Ada 2 akibat dari dosa tersebut, yaitu:

A. Akibat Langsung bagi si Gadis

Peristiwa pertama disertai dengan rasa sakit, bukan hanya takut, cemas, atau rasa berdosa. Bagi seorang istri yang ingin sungguh-sungguh menikmati seks, biasanya ada waktu untuk penyesuaian. Si Gadis yang kini sudah tidak perawan lagi itu pulang dengan rasa takut, cemas, mungkin menangis dan mulai membenci pacarnya. Sebelumnya, pacarnya dianggap sebagai pria idamannya, namun sekarang semua telah berubah. Gambaran di atas menggambarkan perubahan perasaannya. Sebelum dosa persetubuhan dilakukan, ia sangat mencintai pacarnya - meskipun sebagian besar dengan cinta eros. Setelah perbuatan dosa itu, cintanya berkurang - bahkan mulai membenci - atau menjadi lebih banyak bencinya daripada cinta yang semula. 

Apa yang digambarkan di novel-novel murahan dan tidak realistis itu justru menceritakan cintanya pada pacarnya akan menjadi menggebu-gebu. Perubahan ini juga bisa dialami oleh pria. Alkitab sebagai buku yang realistis menggambarkan hal ini juga (tidak berarti si Pria meninggalkan si Gadis karena muak dan benci, karena hal itu mutlak akan terjadi). Ada di dalam kitab 2 Samuel 13:1-17.


B. Akibat Jangka Panjang

Ada dua kemungkinan kelanjutan dari perbuatan dosa itu, yaitu:

1. Hubungan mereka putus.
Karena kehilangan penghargaan dan timbul kebencian terhadap pacar, kemungkinan hubungan mereka akan putus. Kemungkinan ini lebih besar lagi apabila mereka masih remaja. Lalu, jika hubungan itu putus, siapa yang akan rugi besar? Tentunya si Gadis. Dan si Pria merasa untung, pergi tertawa dan bersiul-siul mencari teman baru. Kalaupun ia menyesal dan tidak tertawa-tawa, tidak ada 'bekas' padanya secara fisik yang merugikan hubungannya dengan teman wanitanya yang lain.

2. Hubungan yang dilanjutkan sampai menikah.
Perbuatan dosa pada masa lalu ini akan sangat merugikan si Gadis dan hubungannya dengan pria lain di masa nanti. Maka timbullah pertanyaan, "Apakah ia harus memberitahu kepada calon suaminya?" Memang pada abad ke-20 ini, pria-pria kita masih mengikuti standar ganda masyarakat. Harga diri pria memang rapuh, mudah retak. Ia perlu yang terbaik. Pikirannya kelak akan dihantui bahwa istrinya 'bekas' orang lain. Memang agak kekanak-kanakkan, tapi banyak pria yang tidak dapat melupakan hal itu.

Sungguh-sungguh memerlukan seorang yang benar-benar dewasa kepribadiannya untuk mengatasi shock dan kecewanya. Perlu juga pria yang rela mengampuni dan dapat melupakan masa lalu tunangannya. Jika sang Pria, tidak dengan kedewasaan Kristus, menerima si gadis 'bekas' namun tetap memaksakan diri untuk menikahinya (entah karena ia cantik, kaya, penting untuk karirnya, atau gengsi - 'Bukankah saya orang Kristen, jadi harus menerimanya?'), akibatnya akan tampak setelah mereka menikah. Ia tidak akan menghargai dan memiliki respek terhadap istrinya. Ia akan menggunakan masa lampau istrinya sebagai senjata untuk 'mengalahkan' istrinya.

Lebih baik tidak usah menikah, daripada menikah tapi tidak dihargai. Pernikahan seperti ini kemungkinan besar akan diracuni oleh perbuatan dosa masa lalu itu. Akibatnya mereka tidak saling mempercayai secara penuh dan ada rasa cemburu. Apabila mereka bertengkar, dosa masa lampau itu juga akan mewarnai dan mempertajam perselisihan itu.

Dalam situasi pernikahan yang parah seperti ini, mereka sangat memerlukan konseling yang dalam. Mereka patut meminta ampun untuk dosa-dosa mereka kepada ALLAH dan pada partnernya. Mereka perlu saling mengampuni, melupakan dosa itu dan menerimanya partnernya sebagaimana adanya. Mereka membutuhkan kasih Ilahi yang dewasa. Tentunya tidak semua pernikahan yang dimulai dengan dosa persetubuhan sebelum menikah berakhir seperti ini, tapi sangat lebih baik mencegah hal-hal tersebut di atas, supaya muda-mudi itu memasuki pernikahan dengan hati yang cerah dan kasih yang tidak dicemari ketidakpercayaan dan perasaan suci.

Kamis, 01 Desember 2011

Merekatkan Kembali Kehidupan Yang Hancur


Bacaan Ayat : Yesaya 57:15
Sebab beginilah firman Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia, yang bersemayam untuk selamanya dan Yang Mahakudus nama-Nya: "Aku bersemayam di tempat tinggi dan di tempat kudus tetapi juga bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati, untuk menghidupkan semangat orang-orang yang rendah hati dan untuk menghidupkan hati orang-orang yang remuk.

Banyak dari kita yang bertumbuh dari keluarga yang hancur. 
Jika ingin jujur, maka kita akan mengakui pernah mengalami pelecehan atau tertolak – dan mereka tidak ingin memperlakukan anak mereka dengan cara mereka pernah diperlakukan. Meraka adalah orang yang berpikir, “Pokoknya, jangan pernah melakukannya.” Namun lebih mudah mengatakannya daripada melakukannya. Mereka yang pernah mengalami pelecehan atau penolakan dari keluarganya, biasanya terjerat dalam masa lalunya dan melakukan hal yang sama kepada anggota keluarganya.

Jika Anda merasa bahwa Anda adalah salah satunya, 
Ada sebuah cara untuk menghancurkan rantai siklus ini. Hal ini bermula dan di akhiri dengan kasih. Jika dulu Anda merasa tidak pernah dikasihi, dan masih mempertanyakan apakah istri, suami atau bahkan orangtua Anda mengasihi Anda, maka datanglah pada Tuhan. Kasih-Nya yang tanpa syarat itu akan berkata, “Aku mengasihi kamu.”

Jika diri Anda tidak dipenuhi dengan kasih Allah terlebih dahulu, 
Maka Anda tidak bisa mengasihi keluarga Anda dan orang lain. Ijinkanlah Tuhan untuk memulihkan Anda dengan kasih-Nya. Pelan, namun pasti, Anda akan melihat perubahan dalam sikap Anda. Renungkan kesabaran dan kasih Tuhan dalam hidup Anda, secara berlahan karakter Tuhan ini akan mengalir dalam hidup Anda, kasih Tuhan akan mengalir dari hidup Anda kepada anggota keluarga Anda dan juga orang-orang di sekitar Anda.

Diluar sana banyak kehidupan yang hancur, tetapi kasih Tuhan dapat merekatkannya dan memulihkan kehidupan mereka.